‘Bang Jangan tinggalkan Deka Bang, Bangun Bang’

‘Bang Jangan tinggalkan Deka Bang, Bangun Bang’
Ramos Maksasai (kanan) orang tua almarhum Tua Purnama dan adiknya Dika menangis histeris di RSCM Panbil, Mukakuning, Seibeduk setelah melihat anaknya tewas dikeroyok massa karena diduga mencuri burung, Selasa (18/4). F. Dalil Harahap/Batam Pos

Sementara Satoto ayah Tua, tak banyak bersuara namun air matanya tak berhenti menetes.

"Dia masih kelas tiga SMP, tapi sudah sebulan tak sekolah dia karena mau pindah ke kampung. Saya sudah ambil surat pindahnya. Anak-anak umur begini paling ikut-ikutan. Kalaupun dia salah kan ada polisi, kenapa harus dipukul sampai mati begini," kata Satoto.

Untuk itu Satoto bertekad kasus kematian putra pertamanya itu juga akan diselesaikan secara hukum. "Ini pembunuhan namanya dan itu tidak dibenarkan hukum. Ini harus diproses," ujarnya lagi.

 Sejumlah anggota keluarga Satoto lainnya juga berpendapat yang sama. Mereka akan berjuang bersama Satoto untuk mengungkap siapa-siapa saja yang memukul Tua hingga tewas seperti itu. (eja)


Orang tua Tua Purnama, 16, Satoto dan Ramos Maksasai tampak setia menemani jenazah anaknya di kamar jenazah RSCM, Batam, Kepri, Selasa (18/4).


Redaktur & Reporter : Budi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News