Sadaring ke-3 SATUPENA

Bangkitkan Bahasa dan Budaya Lokal Lewat Cerita dari Molo & Palu

Bangkitkan Bahasa dan Budaya Lokal Lewat Cerita dari Molo & Palu
Para narasumber saat Sarasehan Daring Satupena (Sadaring) ke-3 bertema 'Cerita dari Molo dan Palu’ yang menghadirkan pegiat lterasi dari Molo, Dicky Senda, dan Neni Muhidin dari Palu. Foto: Tangkapan layar

jpnn.com, JAKARTA - Gerakan literasi di berbagai daerah ternyata sangat bermanfaat, bukan saja untuk membangkitkan kembali kebanggaan akan bahasa dan budaya lokal, tetapi juga berimplikasi positif bagi masyarakat di luar persoalan literasi, seperti pangan, turisme, dan pendidikan.

Demikian benang merah dari Sarasehan Daring Satupena (Sadaring) ke-3 bertema 'Cerita dari Molo dan Palu’ yang menghadirkan pegiat lterasi dari Molo, Dicky Senda, dan Neni Muhidin dari Palu.

Acara yang dipandu Ita Siregar ini menggugah kita untuk menghargai potensi-potensi lokal untuk kemajuan masyarakat.

Sarasasehan diawali dengan cerita bagaimana kedua pegiat literasi ini pulang ke kampung halaman setelah menempuh pendidikan dan mencari pengalaman di kota.

Neni Muhidin, yang studi di Bandung, dan sempat bekerja di Jakarta dan kembali ke kampung halaman atas permintaan ibu yang single parent pada 2007.

Sang Ibu meminta Neni agar jadi PNS meski itu sulit dipenuhi.

“Keputusan balik ke Palu, 2007 karena Ibu. Saya merasa kehilangan banyak teman-teman di gerakan literasi di Bandung,” kata Neni.

Namun, tidak lama kemudian, Neni mulai melakukan kegiatan literasi di kalangan teman dekat, diskusi film dan sebagainya di Palu.

Sarasehan Daring Satupena atau Sadaring ke-3 bertema 'Cerita dari Molo dan Palu' menghadirkan pegiat lterasi dari Molo, Dicky Senda dan Neni Muhidin dari Palu.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News