Banjir Darah di Festival Bawang Putih, Pelaku Sangat Marah

Banjir Darah di Festival Bawang Putih, Pelaku Sangat Marah
Ilustrasi POlice line. Foto: AFP

Sebanyak 58 ribu penduduk Kota Gilroy tercengang. Bagi mereka, Festival Bawang Putih merupakan salah satu event penting mereka. Dengan jargon Gilroy sebagai ibu kota bawang putih sedunia, pesta rakyat itu bisa menarik pengunjung hingga dua kali lipat populasi mereka, lebih dari 100 ribu jiwa.

Karena itu, relawan yang membantu perhelatan musim panas tersebut pun mencapai 4 ribu. "Ini adalah reuni keluarga bagi para penduduk lokal dan saudara yang merantau. Kami sedih hari ini justru menjadi tragedi," ujar Direktur Festival Bawang Putih Gilroy Brian Bowe seperti dilansir Agence France-Presse.

Tragedi itu merenggut 3 nyawa selain pelaku dan melukai 15 lainnya. Salah satu yang tak selamat adalah bocah 6 tahun bernama Stephen Romero. Dia sedang diajak ibu dan neneknya menikmati festival. "Masa depan putra saya seharusnya masih panjang," ujar sang ayah Alberto Romero menurut Associated Press.

Hingga berita ini dibuat pukul 21.00 WIB, polisi belum mengumumkan identitas pelaku penembakan. Motif aksi tersebut juga masih misteri. Satu-satunya petunjuk keluar dari mulut Van Breen, anggota Tin Man, yang mendengar kata-kata terakhir pelaku.

"Saat bersembunyi di bawah panggung, saya dengar teriakan, 'Kenapa kamu lakukan ini?' Dia sepertinya menjawab, 'Karena saya sangat marah'," paparnya.

Peristiwa itu pun sampai ke panggung politik. Kandidat presiden dari Demokrat Beto O'Rourke meminta AS bisa mengubah kebijakan pengawasan senjata. Menurut situs Gun Violence Archive, penembakan masal itu adalah insiden ke-246 pada 2019. (bil/c10/dos)


Pengunjung Festival Bawang Putih di Kota Gilroy, California, sudah berangsur keluar. Hampir semua atraksi sudah usai. Penjual-penjual masih menunggu sisa makanan mereka terjual.


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News