Banteng vs Celeng, Ubedilah: Cara Menaikkan Elektabilitas Ganjar dan Puan 

Banteng vs Celeng, Ubedilah: Cara Menaikkan Elektabilitas Ganjar dan Puan 
Pengamat politik dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Ubedilah Badrun.Foto: Aristo Setiawan/jpnn.com

jpnn.com, JAKARTA - Pengamat sosial politik dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Ubedilah Badrun menilai polemik baleng vs celeng yang ramai belakangan ini merupakan sandiwara yang disajikan partai politik (parpol). 

Sebab, dia melihat ricuhnya kedua kubu itu hanya untuk kepentingan parpol agar kembali menang dalam Pilpres 2024 nanti. 

"Kisruh celeng versus banteng ini hanya dramaturgi politik karena ujungnya untuk kepentingan agar PDIP menang kembali," kata Ubedilah Badrun saat dihubungi JPNN.com, Selasa (19/10). 

Dia menjelaskan kehadiran kedua kubu merupakan rekayasa yang hanya mementingkan parpol.  Sebab, kata Ubedilah, hingga saat ini Ganjar Pranowo masih berada di barisan partai banteng. 

"Mengapa dramaturgi, karena sampai saat ini PDIP tidak memecat Ganjar Pranowo," tutur pria berusia 49 tahun tersebut. 

Sisi lain, dia juga menyebut kehadiran kedua kubu itu hanya cara untuk menaikkan popularitas Ganjar dan Puan Maharani. 

"Celeng versus Banteng juga pada sisi lain itu cara menaikan elektabilitas Ganjar dan Puan," kata Ubedilah. 

Sebelumnya, polemik banteng vs celeng muncul setelah terdapat kader PDIP yang menginginkan partai berlambang kepala banteng itu mengusung Ganjar Pranowo di Pilpres 2024.   Istilah celeng awalnya dilontarkan oleh Ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Tengah Bambang Wuryanto.  

Ubedilah menegaskan polemik banteng vs celeng merupakan cara PDIP menaikkan elektabilitas Ganjar dan Puan Maharani.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News