Banteng Vs Celeng

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Banteng Vs Celeng
Ilustrasi PDIP. Foto: dok.JPNN.com

Logo banteng sudah melekat dengan partai nasionalis sejak masa awal kemerdekaan,. Ketika itu Ir. Sukarno mendirikan Partai Nasionalis Indonesia (PNI) dengan logo kepala banteng dalam bingkai segitiga. Partai ini langsung menjadi pemenang pemilu 1955 bersama partai Islam, Masyumi.

Pada era Orde Baru PNI dipereteli dan demerger dengan partai nasionalis lain menjadi Partai Demokrasi Indonesia (PDI), logo banteng tetap menjadi identitas.

Setelah Orde Baru bubar dan muncul era reformasi, PDI menjelma menjadi PDI Perjuangan dan tetap mempertahankan logo banteng. Bedanya, banteng PDIP berada di dalam lingkaran dan terlihat lebih gemuk dibanding sebelumnya.

PDIP identik dengan partai perlawanan, karena Ketua Umum Megawati Soekarnoputri berani melawan kekuatan Orde Baru di bawah Soeharto.

Banteng-banteng dianggap sebagai simbol yang berani mendobrak kekuasaan otoritarian. Dan sekarang, ketika PDIP berbalik menjadi partai penguasa, banteng-banteng menjadi pendukung utama yang selalu tangkas dan sering beringas menyeruduk lawan-lawan politiknya.

Sebaliknya, di kalangan para pendukung PDIP ada sebutan celeng untuk menjuluki para kader yang membelot dan tidak taat terhadap garis partai. Para kader pembelot itu biasanya menjadi 'outcast' orang terusir yang dikeluarkan dari partai.

Bambang Wuryanto alias Bambang Pacul, ketua badan pemenangan DPP PDIP, menyebut istilah celeng untuk menggambarkan kader-kader PDIP yang menentang kebijakan partai.

Pacul menyebut celeng untuk menyindir kader PDIP yang mendeklarasikan dukungan kepada Ganjar Pranowo untuk maju dalam pemilihan presiden 2024.

Di kalangan para pendukung banteng, ada sebutan celeng untuk mengambarkan kader yang membelot.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News