Bantuan demi Konten Sosmed sampai Baju Bolong di Tengah Bencana Gempa Cianjur

Bantuan demi Konten Sosmed sampai Baju Bolong di Tengah Bencana Gempa Cianjur
Sebagian korban gempa masih tinggal di tenda karena rumah mereka hancur atau karena masih takut dengan gempa susulan. (Supplied)

Abdul Muhari dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengakui adanya kedatangan banyak orang yang ingin memberikan bantuan, terutama di akhir pekan.

"Permasalahannya di lapangan, Cianjur ini jalannya kecil-kecil, jadi kalau semua bawa mobil, itu cuma untuk menempuh 8 kilometer saja, perlu waktu 4 jam," ujarnya kepada Hellena Souisa.

Abdul menyesalkan banyak orang yang sebenarnya tidak perlu berada di lapangan, tapi datang ke lokasi bencana dan menjadikannya seperti tempat wisata dengan berfoto-foto. 

“Dari awal, sejak hari kedua sudah seperti itu … ya, mari kita pertebal empati dan bukan kebanggaan pribadi. Empati dan simpati itu harus di depan, mengalahkan mungkin keperluan kita untuk kebanggaan pribadi.”   

Abdul juga melihat "bendera-bendera" dan atribut lainnya dari sejumlah kelompok. 

"Kita bisa lihat sendiri [mereka] bangun tenda dan segala macam, dengan merek dan label yang kemudian tidak sesuai atau kurang bisa diterima, kemudian buntutnya panjang dan kita menghabiskan energi cukup banyak untuk ngurusin ini."

Perlakukan korban sebagai subjek

Dinda Dwarawati adalah psikolog dari Himpsi (Himpunan Psikologi Indonesia) Jawa Barat yang baru saja mengunjungi Cianjur selama beberapa hari untuk membantu warga dari sisi kesehatan mental.

Dinda sudah sering mengunjungi daerah bencana untuk memberikan dukungan psikososial. 

Warga di Cianjur menyayangkan adanya pihak yang membuat lokasi bencana gempa menjadi tempat wisata untuk foto selfie

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News