Batik Mahal Karena Filosofinya

Batik Mahal Karena Filosofinya
Wakil Menteri Perindustrian RI, Alex Retraubun meninjau sejumlah stan batik dari segala penjuru Indonesia di Mega Mall, Batam Centre, Jumat (2/11) pada pameran batik Indonesia. F. Wijaya Satria/Batam Pos
BATAM - Batik adalah kerajinan dengan nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia. Membatik bukanlah pekerjaan yang mudah walau telah menjadi warisan turun temurun.  Sejumlah pelajar wanita dan perempuan dewasa duduk bersila di salah satu panggung berkarpet merah dekat pintu barat Mega Mall, Batam Center, Sabtu (3/12).

Mereka mengapit enam buah kompor api dan listrik berukuran mini yang di atasnya telah ditempati wajan berukuran kecil berisi cairan lilin atau malam batik. Malam ini berfungsi sebagai bahan perintang warna. Di dalam wajan yang teronggok di atas kompor dengan suhu panas tertentu itu, terdapat sejumlah canting yang terbuat dari kayu sebagai pegangan dan tembaga atau logam untuk menampung cairan lilin.

Intinya kata peneliti Balai Besar Kerajinan dan Batik Yogyarakta, Dwi Suheryanto, ada tiga canting sebagai bahan dasar membuat malam. Tiga canting ini yakni cecek untuk membuat titik kemudian klowong untuk membuat garis dan centang nemboke untuk penutup.

Penggunaan canting ini untuk pembuatan batik tulis yang harganya tergolong mahal sesuai motif dan bahan yang digunakan. Di tangan wanita-wanita asal Batam ini, ada seutas kain putih berukuran sekitar 40x40 cm dan ditepiannya telah diberi malam batik.

BATAM - Batik adalah kerajinan dengan nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia. Membatik bukanlah pekerjaan yang mudah walau

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News