Batu Ginjal di Tangan Boyke

Oleh Dahlan Iskan

Batu Ginjal di Tangan Boyke
Dahlan Iskan dan istri bersama anak, menantu dan cucu saat Idulfitri. Foto: disway.id

”Menurut teori alat ini hanya bisa dipakai 50 kali,” kata dr Boyke. ”Tapi saya bisa memakainya sampai lebih 300 kali,” tambahnya.

Padahal alat yang lebih baru sudah terlanjur dipesan. ”Yang terbaru lagi tiba minggu lalu,” kata Dr. Boyke.

Tentu bukan hanya karena alat itu saya pilih Samarinda. Juga karena siapa yang menjalankan alat tersebut: dokter Boyke.

Ia ahli banget. Terampil sekali. Sudah ratusan pasien ia tangani.

Alatnya sudah menyatu dengan tubuhnya. Sudah ‘mewujud’ dalam jiwanya. Sekolahnya di Korea. Magang di sana.

Samarinda juga beruntung memiliki dr Rahim Dinata. Alumni Unpad Bandung. Yang punya pandangan ini: dokter di rumah sakitnya harus full timer. Tidak boleh merangkap di rumah sakit lain.

Untuk itu dokter Rahim Dinata memperjuangkan kesejahteraan mereka. Ia usulkan satu peraturan gubernur: tarif khusus untuk dokter yang menangani pasien BPJS.

Disetujui. Dokter yang full time di RS A.W. Syachranie bisa hidup tanpa merangkap-rangkap.

Kota tempat saya tumbuh itu masuk dalam peta dunia. Dunia kedokteran. Seperti tidak percaya. Maka saya batalkan rencana ke Singapura.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News