Bawa Preman Tetap Dipalak, Hantu Pocong Diserang

Bawa Preman Tetap Dipalak, Hantu Pocong Diserang
TERGENANG: Agus duduk termenung melihat area pasar malamnya yang tergenang air setelah hujan lebat Minggu (9/10) kemarin. Foto: Lalu Mohammad/Lombok Post/JPNN.com

Pasar malam rakyat memang punya konsep unik. Semacam, event organizer (EO). Tapi mereka punya beberapa fasilitas bermain yang disukai anak-anak hingga remaja. 

Dari rumah hantu, sampai tong edan (tong gila). Dari komedi putar hingga kolam bermain anak. Dan masih banyak fasilitas lainnya. 

Ada juga wahana game-game bagi para remaja. Serupa Dufan, tapi dalam sekala kecil. Bedanya lagi yang ini bisa dipindah-pindah. Dari satu kota ke kota lainnya. Dari satu desa ke desa lainnya.

“Yang berjualan di sini juga orang-orang yang berangkat bersama kami dari Solo dulu,” imbuhnya.

Luar biasa. Sejak 9 tahun silam, mereka telah tinggalkan kampung halaman. Selalu bersama-sama. Dari provinsi satu ke provinsi lain. 

Mereka membawa peralatan hiburan yang biaya angkutnya bisa sampai puluhan juta. Hanya untuk memenuhi dahaga masyarakat yang haus hiburan. 

Memang, kalau dibanding fasilitas hiburan di kota besar, arena bermain ini tidak akan pernah jadi pilihan. Tapi bagi masyarakat di pedalaman desa, kehadiran mereka sangat dinanti.

“Sama kakak (Basuki) kami diminta memberi hiburan di Kalimantan pertama kali, keliling ke berbagai kota dan desanya, lalu kita pindah lagi ke Sulawesi, baru kami sekarang ke Lombok,” terang dia.

MEREKA perantau dari Pulau Jawa, secara berombongan. Mencari nafkah hingga pelosok-pelosok desa seantero Nusantara. Kerap dipuja, tapi tak jarang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News