Bea Caravan

Oleh Dahlan Iskan

Bea Caravan
Dahlan Iskan. Ilustrasi: Jawa Pos

Trump tidak perlu orang nangis. Trump ingin lihat kenyataan di lapangan.

Kalau Meksiko sudah berbuat maksimal bea masuk itu akan dicabut. Kembali pada kewarasan: perjanjian free trade seluruh Amerika Utara berlaku lagi. Tanpa bea masuk sama sekali.

Kemarin Meksiko mulai keras kepada imigran. Yang mencoba ke Amerika lewat negerinya. Benar-benar diadang di perbatasannya. Di selatan. Di garis antara Meksiko dan Guatemala. Dekat kota Tapachula.

Yang bikin pusing Trump memang bukan hanya imigran dari Meksiko. Juga dari Guatemala. Bahkan dari Honduras, selatannya Guatemala.

Secara politik Trump pernah dipermalukan. Saat ribuan orang Honduras konvoi berjalan kaki menuju Amerika. Melewati Guatemala dan Meksiko.

Trump dianggap tidak manusiawi. Mengadang dengan keras. Tidak mau menerima mereka. Sampai mereka telantar di perbatasan. Banyak yang kekurangan pangan. Atau meninggal.

Trump pun jadi sasaran. Digebuki di mana-mana. Trump memang lagi sensi soal imigran. Lantaran anggaran tembok perbatasannya tidak disetujui DPR-nya.

Konvoi tahun lalu itu memang jadi berita dunia. Sangat dramatik. Ribuan orang jalan kaki sejauh lebih 3000 km. Saat masuk Guatemala mereka diloloskan. Alasannya: kemanusiaan. Dan toh hanya numpang lewat.

Negara-negara di bentangan kain Amerika Tengah ini bisa jadi bahan kampanye Hizbut Tahrir: lihatlah mereka. Sudah sejak tahun 1820-an merdeka. Dan sejak itu sudah menggunakan sistem demokrasi. Toh tidak berhasil.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News