Bea Keluar CPO Dipangkas

Bea Keluar CPO Dipangkas
Bea Keluar CPO Dipangkas
"Saat ini solar sudah langka. Daripada harus antri mending memaksimalkan biodiesel. Itu sudah kami himbau, penggunannya bisa dimaksimalkan untuk kendaraan yang beroperasi di pabrik, bukan yang di jalan," terangnya.

Sementara itu Direktur Eksekutif Gapki Fadhil Hasan menjelakan saat ini pasar ekspor CPO sedang menghadapi permasalahan yang komplek. Selain penurunan permintaa di negara tujuan ekspor utama juga terkait dengan isu pemberlakukan pajak impor CPO 2,5 persen yang segera diberlakukan. Selain itu harga CPO juga masih belum bagus. Pada Januari harganya USD 810-885 per ton. Pada Februari sempat naik tipis menjadi USD 835-885 per ton dan Maret kembali turun menjadi USD 835-870 per ton.

Daya saing CPO Indonesia juga semakin turun karena harga CPO Indonesia lebih mahal dibanding Malaysia. Misalkan saja di Tiongkok, pangsa pasar CPO Indonesia di Tiongkok turun dari 15 persen menjadi 12 persen. Dengan melihat situasi dunia saat ini, Fadhil memproyeksi penurunan ekspor CPO dan harga bakal berlangsung hingga Mei nanti. "Jika ini tidak segera disikapi, ke depan ekspor CPO bakal terus tergerus. Apalagi saat ini telah ada isu pajak impor CPO dan kedelai dari 2,5 persen yang bakal segera diberlakukan," ungkapnya.

Untuk itu ia berharap pemerintah bisa membuat kebijakan guna medukung daya saing CPO dan produk tururunannya. Ia meminta pemerintah menurunkan bea keluar yang lebih kompetitif dengan Malaysia. "Selain itu pemanfaatan CPO dalam negeri juga harus ditingkatkan. Apalagi sebentar lagi realisasi kenaikan bahan bakar bersubsidi sudah di depan mata. CPO ini bisa menjadi energi alternatif biodiesel," ucapnya. (uma)

JAKARTA--Perekonomian dunia yang belum membaik turut mempengaruhi ekspor minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) dan turunannya. Pada kuartal pertama


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News