Begini Cara Inggris, Belanda dan Jepang Menjaga Borobudur Ketika Menduduki Jawa

Begini Cara Inggris, Belanda dan Jepang Menjaga Borobudur Ketika Menduduki Jawa
Candi Borobudur di zaman Hindia Belanda. Foto: Public Domain.

jpnn.com - KETIKA ditemukan (kembali) oleh Thomas Stamford Raffles pada 1814, Candi Borobudur tak lagi utuh. Beberapa bagian telah runtuh.

Wenri Wanhar - Jawa Pos National Network

Ilalang, pepohonan dan segala sesuatu yang menyelimuti bukit itu disibak. Nampaklah candi raksasa; Borobudur. 

"Penampakan secara keseluruhan merupakan bangunan yang kokoh, dan tingginya sekitar 100 kaki, puncak menara sekitar 20 kaki, namun telah runtuh. Hampir semua bagian interior merupakan bukit itu sendiri," tulis Raffles dalam The History of Java.

Dekat dengan bangunan menakjubkan ini, sambung Letnan Gubernur Jenderal Inggris di Jawa (1811-1816) ini, ditemukan sebuah sosok batu yang terputus anggota tubuhnya, yaitu Brahma.

Hanya saja, belum selesai urusannya dengan Boro Bodo--begitu Raffles menyebut Borobudur--dirinya harus meninggalkan Jawa karena berdasarkan Konvensi London, 13 Agustus 1814, Inggris harus mengembalikan Jawa ke tangan Belanda. 

Merujuk catatan kaki yang dibubuhi dalam The History of Java, Boro Bodo sebutan penduduk desa sebelah untuk candi yang dulunya berupa bukit ilalang itu. Boro nama distrik, Bodo berarti kuno.

"Di distrik Boro, propinsi Kedu, dan dekat dengan pertemuan Sungai Elo dan Praga, di atas sebuah bukit berdiri Candi Boro Bodo," tulis Raffles. 

KETIKA ditemukan (kembali) oleh Thomas Stamford Raffles pada 1814, Candi Borobudur tak lagi utuh. Beberapa bagian telah runtuh. Wenri Wanhar - Jawa

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News