Begini Penjelasan Lengkap dari Erick Thohir soal Jokowi yang Cenderung Agresif

Begini Penjelasan Lengkap dari Erick Thohir soal Jokowi yang Cenderung Agresif
Erick Thohir. Foto: Ricardo/JPNN.com

Erick lalu membuka salah satu hasil survei usai debat pertama lalu. Hasilnya, debat tak mempengaruhi pemilih militan yang sudah ada. Data pemilih Jokowi dari empat bulan lalu hingga usai debat pertama berada di angka 54 persen. Begitu pun pemilih Prabowo-Sandi di angka 31 persen. Sebanyak 82 persen pemilih menyatakan tidak mengubah lagi pilihannya.

Nah, ada pemilih yang belum menentukan pilihan (undecided voter). Mengambil data Lingkaran Survei Indonesia, angkanya di 18 persen. Mereka inilah yang dicoba ditarik suaranya. Dan bagi Jokowi-Ma'ruf, caranya adalah dengan menyampaikan fakta dan data ebenarnya atas hal-hal yang selama ini diputarbalikkan. "Ya soal isu dan fitnah PKI lah, antek asing dan antek aseng lah," ujarnya.

Selain itu, disadari perlunya penekanan soal prestasi-prestasi Jokowi yang selama ini belum maksimal disampaikan. Seperti soal pembangunan infrastruktur. Dirasakan masih kurang untuk menjelaskan bahwa pekerjaan itu punya imbas jangka pendek. Berupa waktu perjalanan lebih efisien hingga menurunnya harga sembako akibat biaya transportasi menurun. Di luar imbas jangka pendek, ada imbas jangka panjang di mana berbagai industri akan tumbuh sejalan dengan pembangunan infrastruktur.

"Intinya menjelaskan ada manfaat jangka pendek dan ada jangka panjang. Sama seperti menanam pohon buah, kan tak ujug-ujug langsung berbuah. Ini yang bagaimana undecided voters perlu dijelaskan. Lalu selanjutnya bagaimana Pak Jokowi akan kembangkan sumber daya manusia kita," bebernya.

Erick menegaskan, pihaknya tidak akan berhenti menyampaikan hal itu seperti yang dilakukan oleh Jokowi. Khususnya selama data dan fakta yang ada terus diputarbalikan. Pihaknya akan menggunakan data sebanyak mungkin untuk mendukung semua materi yang ada.

"Kenapa pakai data? Contohnya begini. Paslon 02 menjanjikan gaji pegawai akan dinaikkan. Tapi di lain pihak, dia tak konsisten karena menurunkan pajak negara. Dari mana untuk membiayainya? Apakah nanti negara kita kayak Venezuela atau Yunani yang krisis? Yunani krisis karena pemasukan dan pengeluaran tak seimbang. Makanya bicara harus pakai data," pungkas Erick. (adk/jpnn)


Erick Thohir menjelaskan, istilah propaganda Rusia yang dimaksud ialah lebih kepada soal konsultan asing.


Redaktur & Reporter : Adek

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News