Belum Merdeka, Jika Masih Banyak yang Miskin

Belum Merdeka, Jika Masih Banyak yang Miskin
SULIT - Di Tarakan, Kalimantan, dua anak kecil pun ikut menjadi pengumpul pasir dan batu kerikil, demi membantu orangtua mereka mencari sesuap nasi. Foto: Anthon Joy/Radar Tarakan.
Masyarakat sekitar adalah para pengumpul atau penyaring sirtukilnya. Sementara truk tersebut hanya pemesan saja. Aktivitas itu kini sepertinya telah menjadi pilihan masyarakat sekitar dalam memenuhi kebutuhannya. Selain bertani, pekerjaan itu juga dilakoni warga sebagai pekerjaan utama. Beberapa orang menjadikannya sebagai pekerjaan sampingan, sembari bertani atau berladang.

Akibat aktivitas tersebut, walau rezeki didapat, telah terjadi pengikisan tebing-tebing sungai. Sungai semakin lebar, akibat terus digerus di beberapa bagiannya. Kata Mak Ramli, warga seberang dari daerah Korong Balah Hilir ini, dulunya lebar sungai tempat pengambilan sirtukil tak seperti sekarang. Karena terus dilakukan aktivitas penambangan di sana, akibatnya sungai bertambah luas dan lebar. Akibatnya pula, dulu pernah terjadi banjir bandang di lokasi tersebut.

Walau menyadari akan menimbulkan akibat buruk jangka panjangnya, Mak Ramli yang juga berprofesi sebagai penggali pasir, seperti tak punya jalan keluar untuk mengatasi kebutuhan keluarganya. Diakui Mak Ramli, semua terpaksa dilakukannya, lantaran tak ada kerja lain yang bisa menampung dirinya, termasuk orang seperti Buyung yang cuma tamatan SD. "Kalau dipikir-pikir, memang ada ruginya juga untuk kita. Tapi, kalau tak menambang di sungai itu, kita mau makan apa?" kilah Mak Ramli. Apalagi ingat biaya dapur, yang minimal saat ini perlu Rp 50 ribu.

Di sungai ada rezeki, tentulah di pasar demikian pula. Nurman Jambak, seorang kuli angkat barang di Pasar Lubuk Alung, Nagari Lubuk Alung, Kecamatan Lubuk Alung, Kabupaten Padangpariaman, berharap murah rezeki di pasar. Sebagai "tukang angkat", tentulah Nurman menerima upah. Ia tuturkan, rata-rata untuk satu kali angkat, ia menerima imbalan Rp 5 ribu hingga Rp 10 ribu.

Hidup adalah pilihan, karenanya ia berarti perjuangan. Mereka, para buruh atau pekerja kasar, menjalani hidup untuk "memerdekakan" keluarga

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News