Belum Merdeka, Jika Masih Banyak yang Miskin

Belum Merdeka, Jika Masih Banyak yang Miskin
SULIT - Di Tarakan, Kalimantan, dua anak kecil pun ikut menjadi pengumpul pasir dan batu kerikil, demi membantu orangtua mereka mencari sesuap nasi. Foto: Anthon Joy/Radar Tarakan.
Dari ceritanya, seharian Buyung yang adalah ayah dua anak ini, paling banyak hanya bisa mengisi satu truk saja. Dirasakan Buyung, pekerjaan ini cukup menguras tenaga. Jangan ditanya seberapa lelahnya. Bayangkan, pertama pasir dikumpulkan, dari aliran sungai dibawanya ke tempat pengayakan, setelah terkumpul baru pemilik truk mengambil.

Menggantungkan hidup pada pasir di aliran sungai tersebut, bukanlah Buyung seorang. Di sana juga ada ratusan KK lainnya. Mereka banyak juga tersebar di Korong Ganting dan beberapa korong lainnya, termasuk di seberang sungai, yakni Korong Balah Hilir.

Senasib sealiran rezeki dengan Buyung, Mak Ramli-lah orangnya. Di bulan puasa seperti sekarang ini, penambangan pasir tetap dilakukannya. Tentu, dibanding hari biasa, jelaslah berbeda. Di bulan Ramadan ini, kata Mak Ramli, perlu kesabaran. Tenaga orang ketika berpuasa jelas berbeda dengan ketika tidak berpuasa. Meski begitu, puasa bukan hambatan bagi penambang pasir di sini. Yang jadi masalah katanya, yaitu ketika air sungai besar. Otomatis, untuk menambang sirtukil terkendala. Uang tak masuk ke saku. Maka, beberapa di antaranya pun mencari kerja di luar sungai. Salah satunya dengan menjadi kuli di ladang orang.

Tentu, baik Buyung maupun Ramli serta ratusan laki-laki di dekat sungai ini menambang, tahu persis dampak dari pekerjaan mereka. Menurut warga setempat, yang diakui Buyung dan Mak Ramli, lokasi tersebut telah lama dimanfaatkan para pencari pasir, mungkin sudah ada sejak 20 tahun lalu. Walaupun tak diketahui secara pasti, aktivitas penggalian pasir di aliran Sungai Batang Anai Kecamatan Lubuk Alung di lokasi tersebut sudah cukup lama dimulai. Setiap hari, hampir ratusan truk keluar-masuk secara bergantian membawa muatan sirtukil.

Hidup adalah pilihan, karenanya ia berarti perjuangan. Mereka, para buruh atau pekerja kasar, menjalani hidup untuk "memerdekakan" keluarga

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News