Benny Susetyo: Pancasila Jadi Bintang Penjuru Kesejahteraan Indonesia

Benny Susetyo: Pancasila Jadi Bintang Penjuru Kesejahteraan Indonesia
Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Antonius Benny Susetyo (kanan) saat wawancara bersama Maarif Institute yang diunggah dalam Kanal Youtube Maarif Institute pada Jumat (29/04/2022). Foto: Dokumentasi pribadi for JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Antonius Benny Susetyo menyatakan keyakinan bahwa Pancasila merupakan ideologi yang menjadi bintang penuntun kehidupan dan kesejahteraan masyarakat Indonesia.

Romo Benny menyampaikan hal itu saat wawancara bersama Maarif Institute yang diunggah dalam Kanal Youtube Maarif Institute pada Jumat (29/4/2022).

Benny, sapaan akrabnya, mengawali perbincangan dengan menyatakan sesungguhnya Pancasila masih diamini dan dilaksanakan dalam kehidupan masyarakat Indonesia sehari-hari.

"Ini terbukti dengan bagaimana masyarakat masih saling gotong royong, bersolidaritas. Contohnya dengan COVID-19, masyarakat secara solider menggunakan masker dan bersedia divaksin. Di desa-desa, misalnya, jika ada acara seperti manten, kedukaan, masyarakat masih tolong-menolong membantu mempersiapkan," ujar Benny.

Benny menambahkan nilai-nilai Pancasila juga butuh untuk dilaksanakan dan diimplementasikan dalam kebijakan pemerintah.

"Kita bisa melihat kualitas perbaikkan hidup di luar Pulau Jawa, karena pemerintah mengupayakan pengamalan sila ketiga dan sila kelima Pancasila. Memang tidak sempurna, tetapi ada kemauan (dari pemerintah) agar pancasila menjadi walking dan living ideology. Kita masih berproses menjadi negara," tuturnya.

Saat ditanyakan perihal pandangannya tentang kelompok masyarakat yang mempermasalahkan bahkan ingin mengganti Pancasila sebagai ideologi Indonesia, Benny mengemukakan berbeda pendapat adalah hal yang harus diterima dalam berdemokrasi.

“Kita negara demokrasi, membutuhkan check and balance. Jika ada orang-orang yang menganggap kegagalan tersebut ada, tentu saja kritik diperbolehkan. Kritik itu bagian dari sistem untuk perbaikan, koreksi. Tetapi tidak menggunakan kekerasan, dan kita bisa duduk bersama-sama untuk mencari titik temu, sebuah kesepakatan,” kata Romo Benny.

Masyarakat masih saling gotong royong, bersolidaritas. Contohnya dengan COVID-19, masyarakat secara solider menggunakan masker dan bersedia divaksin.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News