Berawal dari Sumpah sang Ayah usai Dipermalukan di Pesta Natal

Berawal dari Sumpah sang Ayah usai Dipermalukan di Pesta Natal
Aloysius Giayi, dokter pertama asal Papua yang menulis buku. Foto: Lusia Arumingtyas/Jawa Pos

Alo percaya, lewat buku, perjuangannya untuk meningkatkan kondisi kesehatan di Papua bisa terbantu. “Menulis itu untuk keabadian. Saya menulis agar generasi selanjutnya tahu apa yang kami perjuangkan di Papua,” ungkapnya kepada Jawa Pos yang menemuinya di Biak bulan lalu.

Buku pertama memadukan racikan data dan fakta yang dibingkai kisah menyentuh seorang dokter asli Papua yang dipercaya untuk menduduki jabatan tinggi. Tak ada yang dilebih-lebihkan. Semua berfondasi pada pengalamannya menjadi direktur utama RSUD Abepura, Jayapura.

Pengalaman yang tak semuanya menyenangkan. “Ketika saya diangkat (sebagai direktur utama, Red), banyak pihak menghina dan merendahkan. Ada yang bilang, “kamu itu tidak bisa kerja” atau “orang Papua susah pegang jabatan tinggi”,” ungkap pria yang kini menjabat kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua.

Alo mengaku menerima dengan lapang dada semua kritik dan cercaan itu. Dia memilih menjawabnya dengan kerja keras. Alhasil, di bawah kepemimpinannya, RSUD Abepura menjadi barometer rumah sakit di Papua.  “Kami pun mendapatkan penghargaan sebagai rumah sakit paling bersih,” ujarnya.

Fakta memang menjadi salah satu kunci dalam penyusunan buku yang memakan waktu hingga 1,5 tahun tersebut. Alo tak mau bukunya teoretis. Dia ingin karyanya bertumpu pada hasil penelitian dan tindakan selama ini. “Prinsipnya adalah tulis apa yang sudah dikerjakan,”  tuturnya.

Tak heran kalau buku pertama Alo itu menjadi pegangan luas kalangan paramedis di Papua dalam mengambil tindakan. Kepala Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan Dinas Kesehatan Papua Beeri Wopari bahkan menyebutnya sebagai “kitab suci” bagi praktisi kesehatan di provinsi tersebut.

“Sebab, berisi fakta yang ada di lapangan dan memberikan solusi,” jelasnya.

Setelah buku pertama cukup memberikan dampak dalam pelayanan bagi kesehatan di Papua, Alo dan rekan-rekannya pun menginisiatori sebuah kelompok: Unit Percepatan Pembangunan Kesehatan Papua (UP2KP). “Ini semacam DPR-nya kesehatan Papua. Memperjuangkan hak rakyat,” tuturnya.

PESTA Natal yang semestinya indah malah berujung memalukan bagi anggota keluarga Giyaibo Raymondus Giyai. Mereka dilarang mengikuti pesta. Gara-garanya,

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News