Berebut Menggali Rezeki Emas di Negeri Dewi Sri Bombana (3-Habis)

Ramai-Ramai Borong Motor, Diler Kehabisan Stok

Berebut Menggali Rezeki Emas di Negeri Dewi Sri Bombana (3-Habis)
Pelabuhan Kasipute, ibu kota Bombana, yang sempat sepi karena ditinggal penghuninya mendulang. Foto: Agus Muttaqin/JAWA POS

Dia lantas membandingkan kadar emas hasil eksploitasi PT Freepot di Timika yang relatif lebih baik karena mencapai 98 persen. Lokasi material mengandung emas di kedua tambang itu juga berbeda. ’’Kalau sini (SP-8), kandungan emas tersebar pada lapisan tanah bagian atas. Istilahnya, emas alufial. Sedangkan di Timika disebut emas primer sehingga tersimpan dalam perut gunung,’’ jelas Leonardus.

Tak mengherankan apabila penambangan di Freeport membutuhkan alat berat, padat modal, dan teknologi tinggi. Sedangkan di SP-8 cukup menggunakan alat-alat sederhana seperti linggis dan cangkul. ’’Bahkan, ada penambang yang hanya menggarukkan tangan di tanah akan mendapatkan emas,’’ imbuh pria berpanampilan kalem itu.

Mudahnya proses mendulang emas itulah yang mendorong puluhan ribu orang berduyun-duyun ke SP-8 dan Sungai Tahi Ite. Dari data sementara, pemkab mencatat sekitar 63 ribu orang telah memasuki dua kawasan tersebut. Mereka berasal dari berbagai kota dengan latar belakang profesi beragam. Di antara jumlah itu, sekitar 40 ribu terdaftar sebagai pendulang yang melapor ke pemda.

Masa-masa ramainya aktivitas penambangan adalah pada bulan pertama sejak ditemukannya emas (12 September 2008). Banyak petani lebih suka pergi mendulang emas daripada mengurus hasil panen. Nelayan juga enggan melaut. Demikian juga, para sopir, pengojek, dan pedagang. Bahkan, saat itu sejumlah perkantoran juga sepi ditinggal karyawannya pergi menambang. Pendek kata, semua warga ramai-ramai hijrah ke lokasi penambangan.

Kilau emas menjadikan pendapatan asli daerah Kabupaten Bombana naik lebih dari dua kali lipat. Selain itu, banyaknya orang kaya baru (OKB) membuat

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News