Berkunjung ke Diaolou, Simbol Kekayaan Imigran Tiongkok
Rukunkan Empat Istri untuk Diskusi soal Anak
Jumat, 06 Juli 2012 – 00:06 WIB
"Diaolou itu ibarat tempat menimbun kekayaan," jelas Iris Jiang, 23, pegawai Dinas Pariwisata Kaiping yang mengantar Jawa Pos dan rombongan Air Asia berkeliling kawasan dialou.
Mulai muncul era Dinasti Qing (1644"1912), diaolou mencapai puncaknya pada dekade 1920-an dan 1930-an. Ketika itu, orang-orang Tiongkok yang sukses berdagang atau membuka restoran di Amerika Serikat, Kanada, Hongkong, dan Malaysia ramai-ramai membangun diaolou di kampung halaman untuk menunjukkan kekayaan sekaligus tempat jujukan saat mudik. Biasanya yang menjadi hunian sang pemilik dan keluarganya adalah dua lantai teratas.
Nah, karena harta yang berlimpah itu pula, para pemilik diaolou membutuhkan kubah di atas sebagai menara pengawas. Yakni, untuk mengawasi kalau-kalau ada bandit yang berusaha menerobos masuk.
Belakangan, ketika Perang Tiongkok-Jepang mulai meletus pada 1931 dan membesar pada periode 1937"1945, menara itu penting untuk mengantisipasi jika ada tentara Jepang mendekat. Maklum, ketika itu, serdadu Negeri Matahari Terbit dikenal doyan menguras harta kekayaan penduduk.
Diaolou adalah rumah sekaligus benteng dengan arsitektur gabungan Tiongkok-Barat dan memiliki nilai sejarah tinggi. Berikut laporan wartawan Jawa
BERITA TERKAIT
- Ninis Kesuma Adriani, Srikandi BUMN Inspiratif di Balik Ketahanan Pangan Nasional
- Dulu Penerjemah Bahasa, kini Jadi Pengusaha Berkat PTFI
- Mengintip Pasar Apung di KCBN Muaro Jambi, Perempuan Pelaku Utama, Mayoritas Sarjana
- Tony Wenas, Antara Misi di Freeport dan Jiwa Rock
- Hujan & Petir Tak Patahkan Semangat Polri Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Wilayah Terluar Dumai
- Tentang Nusakambangan, Pulau yang Diusulkan Ganjar Jadi Pembuangan Koruptor