Berkunjung ke Diaolou, Simbol Kekayaan Imigran Tiongkok

Rukunkan Empat Istri untuk Diskusi soal Anak

Berkunjung ke Diaolou, Simbol Kekayaan Imigran Tiongkok
Sejumlah Diaolou di kawasan Kaiping, Provinsi Guangdong, Tiongkok. Diaolou rata-rata dibangun pada dekade 1920an-1930-an. Foto : Anggit Satriyo/Jawa Pos

"Diaolou itu ibarat tempat menimbun kekayaan," jelas Iris Jiang, 23, pegawai Dinas Pariwisata Kaiping yang mengantar Jawa Pos dan rombongan Air Asia berkeliling kawasan dialou.

 

Mulai muncul era Dinasti Qing (1644"1912), diaolou mencapai puncaknya pada dekade 1920-an dan 1930-an. Ketika itu, orang-orang Tiongkok yang sukses berdagang atau membuka restoran di Amerika Serikat, Kanada, Hongkong, dan Malaysia ramai-ramai membangun diaolou di kampung halaman untuk menunjukkan kekayaan sekaligus tempat jujukan saat mudik. Biasanya yang menjadi hunian sang pemilik dan keluarganya adalah dua lantai teratas.

 

Nah, karena harta yang berlimpah itu pula, para pemilik diaolou membutuhkan kubah di atas sebagai menara pengawas. Yakni, untuk mengawasi kalau-kalau ada bandit yang berusaha menerobos masuk.

 

Belakangan, ketika Perang Tiongkok-Jepang mulai meletus pada 1931 dan membesar pada periode 1937"1945, menara itu penting untuk mengantisipasi jika ada tentara Jepang mendekat. Maklum, ketika itu, serdadu Negeri Matahari Terbit dikenal doyan menguras harta kekayaan penduduk.

Diaolou adalah rumah sekaligus benteng dengan arsitektur gabungan Tiongkok-Barat dan memiliki nilai sejarah tinggi. Berikut laporan wartawan Jawa

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News