Bernostalgia dengan Staf Khusus Presiden, Brigjen TNI Ahmad Yani Basuki
Bertemu Teman Kuliah pada Seminar APDI di Surabaya
Senin, 01 November 2010 – 03:30 WIB
Kata Yani, sulit untuk menjawab pertanyaan mengapa bisa jadi staf khusus presiden. Yani mengaku tidak memiliki orang yang dekat dengan kalangan istana. Karena sebagai prajurit, katanya, selama ini dirinya hanya bekerja sesuai dengan tugasnya saja.
"Saya sering ditanya teman-teman, cerita menjadi staf khusus presiden. Saya bilang, tidak ada orang yang membawa ke sana. Saya juga tidak tahu, mengapa pilihan itu pada saya," ujarnya. "Ya mungkin berkat doa teman-teman lah," sambungnya.
Ketika memberikan ceramah tentang penyebab radikalisme agama dan teroris di Indonesia, perwira tinggi TNI dengan satu bintang di pundak itu antara lain menyinggung soal fanatisme taklid buta. Sebab lain, kata Yani, bisa juga karena ambisi politik dengan memanfaatkan nilai agama ataupun perlawanan akibat kebuntuan komunikasi.
Tak berhenti di situ, Yani juga menyebut sebab lainnya yaitu karena kekecewaan akibat kesenjangan atau ketidak adilan sosial, ekonomi dan politik. "Bisa juga karena ambisi untuk melakukan perubahan mendasar secara drastis, bahkan bila perlu dengan menggunakan kekerasan," ulas peraih gelar doktor sosiologi militer dari Universitas Indonesia (UI) itu.(*)
Asosiasi Profesi Dakwah Islam Indonesia (APDI), selama dua hari hingga Minggu (31/10) siang kemarin menggelar seminar internasional tentang Radikalisme
BERITA TERKAIT
- Pemerintah Terus Berupaya Memberantas Judi Online dan Pinjol Ilegal
- Sinkronisasi Data Korban Galodo Sumbar, BNPB: 61 Orang Meninggal
- Uni Irma Apresiasi Respons Cepat Mentan Amran Bantu Petani Korban Galodo Sumbar
- Baru Keluar Lapas, Residivis Sabu-Sabu Ini Ditangkap Lagi
- Irjen Helmy Keluarkan Instruksi, Preman di Lampung Siap-Siap Saja
- TB Hasanuddin Tegaskan Pulau di Indonesia Tidak Boleh Diperjualbelikan