Bersihkan Makam Malam Jumat, Jengkel pada Peziarah tak Sopan

Bersihkan Makam Malam Jumat, Jengkel pada Peziarah tak Sopan
Samad, juru kunci generasi keempat Makam K.R.M.A Mertonegoro. Foto: Asta Yanuar/Radar Ponorogo/JPNN.com

Ya, pria sepuh itu juru kunci makam K.R.M.A Mertonegoro. Secara turun-temurun, dia menjadi juru kunci yang keempat sejak 1984.

Gelar Mas Ngabei Samad Pujo Hadiprojo pun diperolehnya dari Keraton Surakarta Hadiningrat. ‘’Tahun lalu dapat gelar itu,’’ tuturnya.

Saat bergegas menuju makam, kepiawaian Samad berkendara menepis kerut di wajahnya. Pun, gaya berjalannya yang sudah tidak tegap lagi. Tapi rupanya masih cukup gesit.

Bagaimana tidak, medan jalan menuju makam yang belum diaspal dan licin, dilintasinya dengan santai.

Sesaat setelah memarkir motor dan melewati sebuah gapura, Samad menyanggah penyebutan awam terhadap K.R.M.A Mertonegoro. ‘’Yang benar Mertonegoro, bukan Merto Hadinegoro,’’ ungkap kakek 14 cucu itu.

Di kiri kanan jalan menuju makam utama, terdapat sejumlah makam yang merupakan staf Mertonegoro. Setelah sampai di depan pintu cungkup Bupati I Ponorogo Kota Baru itu, Samad bersila dan tampak umak-umik membacakan sesuatu.

Selang beberapa lama, dia lantas merogoh saku celana hitam yang tidak menutup panjang kakinya itu. ‘’Istilahnya kulo nuwun (permisi, Red),’’ ucapnya sembari membuka gembok.

Di balik pintu usang dengan cat tidak merata serta tembok cungkup kelir putih yang plesternya sudah banyak terkelupas itu, ada tiga makam.

Samad, sang juru kunci Makam Kanjeng Raden Mas Arya Mertonegoro, merasa jengkel dengan sikap peziarah yang tidak sopan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News