Besek Wadas

Oleh: Dahlan Iskan

Besek Wadas
Dahlan Iskan. Foto: Disway.id

Ke sungai itulah tiga anak muda tadi turun. Di situ pula mereka akan mencuci baju dan celana. Juga sekalian mandi pagi. (link YouTube saat di Sungai: https://www.youtube.com/watch?v=A4yPg6iOztM)

Itu belum jam 08.00 Senin pagi kemarin –dua jam setelah saya berangkat dari Kaliurang, Yogyakarta. Rupanya itulah waktu para petani ke ladang atau ke sawah. Makanya sepi.

Saya ngobrol dengan Kiai Nur di atas jembatan itu. Sambil sesekali melirik ke bawah, ke mereka yang mencuci baju. Lalu datang menyusul seorang muda lain.

"Lahir di sini?" tanya saya.

"Tidak. Saya lahir di Jogja. Saya pengacara penduduk di sini, ujar Ashadi Eko. Ia lulusan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada. "Saya adik angkatan Pak Ganjar," katanya.

Kami bergegas meninggalkan jembatan itu. Sudah saatnya tiga pemuda tersebut bertelanjang mandi di sungai.

Mereka itu adalah pengurus pusat PMII –organisasi mahasiswa NU. Yakni dari bagian advokasi. Satu berasal dari Tual (Maluku), satu lagi dari Pamekasan, dan yang ketiga dari Situbondo.

Mereka mendampingi warga yang merasa tertekan sejak peristiwa 8 Februari 2022. Kini keadaan sudah cair. Mereka segera balik ke Jakarta.

Sampai di persimpangan jalan kecil itu tiba-tiba terbaca tulisan tangan merah berukuran mencolok: Wadas Menolak.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News