Biaya Rp 3 Juta, Tak Kalah dengan Yang Rp 300 Juta

Biaya Rp 3 Juta, Tak Kalah dengan Yang Rp 300 Juta
INISIATOR: Irendra Radjawali (tengah) bersama kawan-kawannya dari Swandiri Institute menunjukkan sejumlah drone murah karya mereka. Foto: Gunawan Sutanto/Jawa Pos

Dalam tempo tiga minggu Radja berhasil merancang drone buatan sendiri dengan bodi kayu. ”Saya menghabiskan biaya sekitar 400 euro (Rp 6.240.000 dengan kurs 1 euro = Rp 15.600), tapi itu mahalnya untuk beli komponen otopilot asli dari Amerika,” papar pria kelahiran 8 September tersebut.

Belakangan komponen yang paling penting itu sudah diproduksi di Tiongkok. Harganya pun jauh lebih terjangkau. Dengan begitu, harga pembuatan drone-drone berikutnya pun bisa ditekan hingga sekitar Rp 3 juta.

Drone pertama buatan Radja kemudian dibawa ke Indonesia untuk diujicobakan pada proyek-proyek penelitian Swandiri. ”Di bandara saya sempat mengalami kendala. Drone yang saya bawa sempat dikira bom,” ujar kandidat doktor dari Bremen University itu.

Sesampai di Indonesia, drone model helikopter tersebut diujicobakan di Kabupaten Kayong Utara, Kalimantan Barat. Di sana pemerintah daerahnya membutuhkan perekaman gambar dari udara untuk mempromosikan pariwisata alam.

Perekaman gambar itu dilakukan dengan menempatkan kamera poket Canon Powershot S100. Kamera berteknologi GPS itu dia beli second dengan harga Rp 700 ribu. Hasilnya tidak mengecewakan. Pemkab Kayong Utara pun puas.

Setelah drone pertama sukses, Radja dan awak Swandiri terus melakukan pengembangan dan penyempurnaan. Sampai sekarang mereka telah memproduksi delapan unit drone, baik berbentuk pesawat maupun helikopter.

”Kami ingin drone yang lebih efisien dan lebih murah. Sampai bahan tali kolor pun kami gunakan,” kelakar Radja sembari menunjukkan drone jenis pesawat yang menggunakan tali kolor untuk menahan beban beberapa peranti elektronik.

Beberapa drone itu telah berhasil digunakan untuk sejumlah proyek sosial di sejumlah wilayah di tanah air. Di antaranya untuk memotret daerah terpencil di Kalimantan, juga dipakai di Biak, Bali, dan Nusa Tenggara Timur.

DI Pontianak ada sebuah lembaga swadaya yang sukses memelopori pembuatan pesawat tanpa awak atau drone dengan kualitas impor. Lembaga itu, Swandiri

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News