Big Data Mobile Positioning Manjakan Investor

Big Data Mobile Positioning Manjakan Investor
Ilustrasi wisatawan. Foto: JPNN

“Alhamdulillah, Indonesia juga sudah dimulai sejak 2016, persisnya bulan Oktober, November, Desember 2017. Khususnya di pos-pos lintas batas yang masih belum memiliki TPI (tempat pemeriksaan Imigrasi),” jelas Didien.

Pria yang lebih dari 30 tahun bergerak di sektor pariwisata bahari itu menyadari, Indonesia sangat luas. Geografis dan prasarana yang ada belum cukup untuk mencover daerah perbatasan, seperti di Pulau Kalimantan bagian Utara, Papua bagian Timur, dan Pulau Timor. 

Belum lagi perbatasan di laut, yang jauh lebih sulit, yang menyebabkan data administrasi wisatawan mancanegara ke Indonesia (khususnya di perbatasan darat/laut) cenderung underestimate.

Untuk mengurangi underestimate tersebut, BPS dan Kemenpar melakukan survei lapangan di perbatasan darat (Pos Lintas Batas-PLB) dan yang belum ada pencatatan imigrasinya/non-TPI (Tempat Pemeriksaan Imigrasi) sejak Januari 2016.

Hasil survey ini digunakan untuk memperbaiki data tahun 2015 dan berlanjut terus sampai sekarang.

Sama dengan M Iksan, Wakil Ketua Forum Masyarakat Statistik yang mendorong penggunaan Big Data, Didien juga antusias pemanfaatkan data itu.

Apalagi, ini segaris dengan Renstra BPS 2015-2019, yang akan memanfaatkan Teknologi Informasi di semua aspek kegiatan statistik yang memungkinkan peningkatan kualitas data statistic.

Dalam survey BPS-Kemenpar itu menemukan bahwa masih banyak area lintas batas yang tidak terjangkau survey, sehingga dibutuhkan estimasi minimalis. Lalu, biaya survey cukup besar, menghabiskan waktu dan tenaga. Untuk itu, perlu terobosan perbaikan data administrasi pelintas batas.

Dukungan Forum Masyarakat Statistik (FMS) Indonesia terhadap pemanfaatan Big Data Mobile Positioning Data oleh Badan Pusat Statistik (BPS) diapresiasi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News