Bikin Konsep Aplikasi Curhat, Raih Penghargaan dari Jerman

Bikin Konsep Aplikasi Curhat, Raih Penghargaan dari Jerman
William Lautama, mahasiswa teknik industri ITB yang meraih penghargaan dari even Global Entrepreneurship Summer School (GESS) di Munich, Jerman. Foto: Gunawan Sutanto/Jawa Pos/JPNN.com

Untuk membuat sebuah konsep bisnis yang berkaitan dengan edukasi tentu para anggota tim harus mencari persoalan-persoalan yang terjadi di dunia pendidikan. Di awal diskusi, William mengutarakan problem pendidikan di Indonesia, seperti kekurangan guru, terutama di daerah-daerah pelosok. Atau persoalan ekonomi keluarga yang kerap membuat pelajar akhirnya putus sekolah. ”Saya tidak sadar problem seperti itu kan tidak terjadi di negara-negara maju. Padahal, anggota tim saya kebanyakan dari negara maju,’’ papar pemuda 24 tahun itu. Anggota tim
William adalah Priscila (perempuan asal Argentina, Yara (perempuan dari Ukraina), serta Christian dan Melanie (keduanya dari Jerman).
’’Untuk memenangkan kompetisi, tentu kami harus membuat konsep bisnis yang merepresentasikan problem pendidikan secara general. Yakni, yang terjadi di negara mana pun,” jelasnya.

Akhirnya dari brainstorming yang panjang, tim yang diberi nama LoHoop (berasal dari kata Love dan Hope) tersebut memutuskan mengangkat konsep bullying (intimidasi).

Bullying dipilih sebagai tema konsep bisnis tim tersebut karena berangkat atas keprihatinan akan dampak bullying di ranah edukasi. Bullying dapat terjadi dalam berbagai bentuk, mulai verbal, virtual, hingga kekerasan fisik. Efek bullying dapat menimbulkan luka fisik, gangguan psikologis, penurunan kinerja, bahkan bunuh diri. ”Bullying ini sudah menjadi isu internasional. Bahkan, di Indonesia banyak terjadi. Akibat di-bully, seorang pelajar memilih tidak melanjutkan sekolah,’’ ujar sulung dari dua bersaudara itu.

Dari tema tersebut akhirnya tim LoHoop membuat konsep bisnis dalam bentuk aplikasi mobile semacam ajang untuk curhat virtual. Aplikasi itu diperuntukkan beberapa platform perangkat bergerak. ”Mengapa kami putuskan membuat konsep aplikasi tersebut" Salah satunya karena korban bullying selama ini kerap tidak memiliki saluran untuk curhat. Mereka takut bercerita kepada orang tuanya. Kalaupun curhat ke teman, juga sering tidak memecahkan masalah,’’ jelas pemuda kelahiran Jakarta itu.

Tak disangka konsep bisnis itu akhirnya dinyatakan sebagai pemenang oleh panitia. William dan timnya pun mendapatkan undangan kehormatan dari Goethe Institut untuk menghadiri Cultural Innovators Network (CIN) yang diselenggarakan di Tunisia, 10–14 November.

Selama menempuh studi di ITB, keikutsertaan William pada event internasional bukan kali itu saja. Dua tahun sebelumnya dia juga terpilih untuk mengikuti kegiatan internasional terkait entrepreneurship di Singapura.

Pada Januari 2013 lalu William juga datang ke Hongkong setelah terpilih untuk mengikuti acara yang berkaitan dengan gerakan-gerakan yang membawa perubahan positif di berbagai negara. Undangan ini diperolehnya setelah menginisiasi gerakan pemberdayaan masyarakat di Cilincing, Jakarta Utara, dengan memberdayakan ibu-ibu untuk membuat dan menjual roti kukus.

Dengan dana Unilever Leadership Actions on Sustainability (ULAS), William dan sejumlah teman kuliahnya mengajari sejumlah ibu rumah tangga menciptakan pendapatan sendiri dari berjualan roti kukus dan susu kacang. Co-writer buku Proud and Rise itu pada Juli-Agustus 2013 juga mendapatkan undangan mengikuti agenda tahunan tentang science, London International Youth Science Forum 2013.

Minat anak muda untuk menggeluti kewirausahaan semakin menggembirakan. Salah satunya, William Lautama. Alumnus Teknik Industri ITB ini beberapa kali

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News