Bisa Serah Terima Jabatan Cowboy

Bisa Serah Terima Jabatan Cowboy
Dahlan Iskan. Foto: JPNN.com

Saya ingin ketemu beliau. Saya ingin bisik-bisik dengan Bu Susi di luar acara shooting:  bagaimana beliau bisa berani menghadapi backing-backing yang amat kuat di belakang illegal fishing itu. Saya membayangkan betapa beratnya beban beliau.

Bu Susi lantas bercerita panjang lebar di seputar hal-hal yang menyeramkan itu. Termasuk cara-cara merayu dan menundukkan mereka. Dan ternyata tidak perlu sambil bisik-bisik. Soalnya kami hanya berdua. Nada biacaranya seperti biasa: meledak-ledak. Dengan campuran Inggris.

Sesekali tawanya meledak, dan seperti biasa pula, sambil memukuli bahu saya. Saya harus mengakui beliau lebih hebat dari saya. Karena itu di depan Najwa, saat istirahat shooting acara di Universitas Syiah Kuala Banda Aceh itu, kepada Najwa saya laporkan dengan gembira: sekarang saatnya jabatan komandan cowboy yang dulu  Anda berikan kepada saya, saya serah terimakan ke Bu Susi. Lagi-lagi beliau tertawa ngakak sambil mukuli pundak saya.

"Puasa" yang lain adalah ini: saya "puasa" untuk mencari tahu ada perkembangan apa di pemerintahan. Termasuk perkembangan di BUMN. Saya tidak pernah menelepon, SMS atau email teman-teman di kementerian maupun di korporasi. Tentu kangennya luar biasa.

Selama ini saya merasa begitu akrab dengan mereka. Pejabat di kementerian BUMN maupun direksi di BUMN. Tidak mengontak mereka itu rasanya seperti "jihad" tersendiri. Dan alhamdulillah bisa.

Untuk tidak berkomentar dan yang lain-lain tadi rasanya bisa saya jalani dengan mulus, semulus rasa kopi solong. Tapi puasa menulis" Huh! Tidak tahan! Sakit. Sakitnya tuh di sini: di jempol ibu jari.

Sudah lebih 30 tahun saya kecanduan menulis. Sebagai penulis maupun sebagai wartawan. Tiba-tiba harus berhenti menulis. Sakit. Sakit. Dan gatal. Jari-jari ini gatal untuk tidak menulis. Apalagi kalau ketemu bahan yang bagus yang sangat bermanfaat kalau ditulis.

Seperti pengalaman saya 11 Desember lalu. Maka saya akan akhiri saja puasa menulis ini. Saya anggap masa idahnya sudah lewat. Khusus untuk urusan menulis yang satu ini: minggu depan. (***)

INILAH bunyi SMS terbanyak yang saya terima tiga bulan terakhir: setelah tidak jadi menteri ngerjakan apa? Kok tidak pernah muncul? Ke mana saja?

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News