Bisnis Satelit di Indonesia Kurang Dilirik, Pakar Bicara Begini
Namun, nyatanya kapasitas satelit yang tersedia tersebut selalu habis sebelum meluncur.
"Faktanya, kapasitas selalu habis sebelum satelit meluncur, slot itu penuh," kata Ridwan.
Oleh karena itu, dia menilai perlu ada kerja sama dalam membuat satelit asing, dengan catatan pengendalian NMS dan Gateway harus di Indonesia.
Selanjutnya, memberikan peluang kepada swasta dan BUMN untuk menyediakan komunikasi satelit geostasioner.
Mengingat satelit GEO masih dibutuhkan, pembangunannya bisa dengan isentif berupa dana universal service obligation (USO) dan APBN.
"Hal ini penting untuk memastikan agar Negara memiliki kendali atas infrastruktur siber serta kebijakan internet seperti trust positive yang dijalankan oleh Kominfo dan kebijakan lawful intercept dapat dilaksanakan," tutur Ridwan. (mcr31/jpnn)
Menengok peluang bisnis satelit di Tanah Air, para eksper membeberkan fakta ini.
Redaktur : Dedi Sofian
Reporter : Romaida Uswatun Hasanah
- Haidar Alwi: Sebaiknya Program Makan Siang Gratis tidak Sepenuhnya Dibiayai APBN
- Ini Peran dan Kontribusi Bea Cukai Terhadap Penerimaan Negara & Pengawasan Perdagangan
- Kebijakan Gas Murah Dinilai Memberatkan APBN & Bisa Menghancurkan Industri
- Kinerja APBN On Track di Triwulan 1 2024, Penerimaan Bea Cukai Telah Capai Rp 69 T
- Penjualan 5 Produk Jasindo Meningkat, Asuransi Satelit Mendominasi
- Peran Strategis BPKP, Kecepatan dan Ketepatan Mencegah Kebocoran demi Keberhasilan Pembangunan