Bom Manusiawi

Oleh Dahlan Iskan

Bom Manusiawi
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

Kalimat itu diulangi lagi. Terus-menerus. Seperti sudah direkam. Betsy bisa memastikan itu suara perempuan.

Setelah satu menit mengucapkan kalimat yang sama lantas muncul peringatan berikutnya: "Mobil ini akan meledak 14 menit lagi. Menjauhlah," bunyi speaker itu. Juga diulang-ulangi terus menerus selama satu menit. Seperti hitung mundur. Lebih baik segera lari.

Betsy segera menghubungi saudarinyi yang juga tinggal di apartemen itu. Beda kamar. Mereka turun ke bawah. Pakai lift. Ke tempat parkir.

Keluar dari apartemen itu, dari dalam mobilnya, Betsy mendengar kembali suara speaker itu.

"Menjauhlah, delapan menit lagi mobil ini akan meledak. Ada bom di dalam mobil ini."

Berarti tadi itu hanya enam menit Betsy mengerjakan semuanya: mengontak saudaranyi, menuju lift, turun, ambil mobil, mengemudikannya sampai ke jalan di dekat mobil-bom itu.

Begitu mendengar "delapan menit lagi...'' Betsy menginjak gas. Ngebut.

Dalam setengah menit dia sudah sampai jembatan menuju tempat aman: Stadion Nissan. Stadion baru. Yang di seberang sungai itu.

Ia tidak setuju dikembangkannya 5G –sebagai alat yang akan menghilangkan hak-hak dan rahasia pribadi warga negara.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News