Bondan Winarno, Usai Makan Selalu Bayar, Begini Siasatnya

Bondan Winarno, Usai Makan Selalu Bayar, Begini Siasatnya
Bondan Winarno dan istri, Yvonne Raket Winarno di kediaman mereka kawasan Sentul City, 8 Juli 2007. Foto: Nostal Nuans Saputri/Dokumen Jawa Pos

Bagi dia, sebuah program Wisata Kuliner tidak cukup hanya dengan seorang talent cantik yang berkenes-kenes di layar kaca.

Program harus mampu menjalankan misi untuk mempromosikan kekhasan masakan tersebut. Tidak lupa, mengajak orang lain untuk turut merasakannya.

Review harus detail, memunculkan kesan dan nilai budaya, serta seni dari makanan tersebut. Misi kuliner Bondan terdiri atas tiga asas utama.

Yakni, kuliner, resep, dan cerita. Selain membahas kelezatan tampilan dan rasa, Bondan tidak melupakan cerita, sejarah, dan nilai budaya. Serta yang paling penting, resep.

Kenapa resep? Karena menuliskan resep adalah upaya pelestarian. Harry memberikan contoh brambang asem di sudut Kota Solo. Diketahui, hanya satu orang yang masih berjualan.

Jika resep tidak ditulis, makanan itu dipastikan akan punah dari bumi pertiwi. ”Jadi, kita bukukan resepnya agar orang lain bisa membuat kembali. Jaga-jaga kalau simbah tidak jualan lagi,” ungkapnya.

Kuliner, resep, dan cerita hasil perjalanan Bondan diterbitkan dengan rapi dalam bentuk serial buku. 100 Maknyus.

Bondan memilih 100 masakan terfavorit dari sebuah kota. Sudah terbit pada 2015. Dimulai dengan seri 100 Maknyus Jakarta, 100 Maknyus Bali, serta yang diterbitkan terbaru tahun ini, 100 Maknyus Joglosemar. Bondan selalu membawa standar jurnalistik pada liputan yang sepertinya sepele.

Kedatangan Bondan Winarno dan kru TV Wisata Kuliner saja sudah cukup membuat mereka bahagia. Namun, Bondan selalu keukeuh untuk membayar.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News