Boris Yeltsin Disimbolkan Bendera, Kruschev Seni Kubisme

Berziarah di Novodevichye, ’’Rumah Masa Depan’’ Paling Artistik di Dunia

Boris Yeltsin Disimbolkan Bendera, Kruschev Seni Kubisme
Makam Boris Yeltsin. Foto: Don Kardono.
Dalam teori humanisme dari filsuf manapun, di zaman apapun, cerita kematian dan taman makam itu selalu bernuansa kepedihan. Rasa duka cita itu, dilukis dengan tinta emas seindah apapun, ujungnya selalu memilukan. Bahkan, tak jarang berakhir dengan tetesan air di sudut mata. Tapi, di Moscow, ada kuburan yang amat menghibur dengan sentuhan seni patung yang amat menakjubkan.

 

Ah! Nggak percaya! Pasti begitu jawaban orang yang membaca intro tulisan ini. Mana ada kematian disimbolkan sebagai orang yang bertamasya, bergembira, bersuka ria? Itu sangat kontradiktif dan tidak masuk logika orang sehat nalar. Di mana-mana, berpisahnya nyawa dengan raga itu adalah peristiwa alam dan rahasia Tuhan yang menyisakan kepedihan mendalam. Terutama bagi saudara, handai taulan, dan orang-orang terdekatnya.

Tidak peduli, mantan orang tersohor, bekas kepala Negara, jenderal berbintang, artis papan atas, intelektual, filsuf, ketika badan dikandung tanah, tidak banyak lagi menyisakan cerita. Bahkan, seorang pahlawan yang bertabur tanda bintang sekalipun, setelah diantar secara kenegaraan, tidak lagi menyisakan kisah-kisah heroiknya. Karena itu, ada pepatah, gajah mati meninggalkan tulang, harimau mati meninggalkan tulang.

Tetapi Taman Makam Novodevichye di jalan Luznetsky Proezd, Moscow berbeda total. Tidak seperti Taman Makam Pahlawan kita yang tertata rapi, berjajar, simetris, dari berbagai sudut. Bukan juga seperti Ereveld di Ancol, tempat bersemayam bekas tentara Belanda dengan simbol salib di atasnya. Juga tidak mirip Memorial Park di Washington DC! Apalagi model Australian War Memorial di Canberra dengan api abadi, kolam tempat melempar koin, dijaga tentara, dengan sayap kiri kanan nama-nama penghuninya.

Dalam teori humanisme dari filsuf manapun, di zaman apapun, cerita kematian dan taman makam itu selalu bernuansa kepedihan. Rasa duka cita itu, dilukis

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News