BPP Kostratani Ayah Latih Petani jadi Agen CSA untuk Hadapi Perubahan Iklim

"Krisis iklim juga menyebabkan perubahan pola musim hujan dan kemarau yang semakin tidak menentu dapat mempengaruhi kegiatan budidaya tanaman serta produktivitas pertanian turun, sehingga menyebabkan penurunan produktivitas, produksi dan mutu hasil pertanian," kata Dedi.
Dedi menambahkan kalau perubahan iklim menyebabkan es di kutub utara dan selatan mencair, sehingga permukaan air laut meningkat. Alhasil air dari laut masuk ke daratan, padahal lahan pertanian ada lebih dari 70 persen berada di pesisir.
“Bisa kita bayangkan jika lahan pertanian bercampur, dengan air laut semua tanaman akan mati dan ini mengganggu sistem produksi kita,” tuturnya.
Akibat perubahan iklim ekstrem, terjadi serangan hama penyakit tanaman di mana-mana dan sehingga menyebabkan sistem produksi di sentra pangan dunia terganggu.
“Akhirnya negara-negara produsen melakukan retriksi sehingga negara-negara produsen tidak melakukan ekspor, khawatir Covid-19 tidak berhenti sehingga menyebabkan ketersediaan pangan di pasar nasional menurun,” ucap Dedi.
Dalam situasi seperti tersebut, solusinya kurangi ketergantungan impor dengan genjot produksi dan produktivitas pangan, serta diservifikasi pangan lokal.
Ganti ketergantungan komoditas pangan impor dengan komoditas pangan lokal. Ini menjadi tugas dan peran penyuluh pertanian untuk menyampaikannya kepada masyarakat.
“Gunakan smart farming agar dapat menggenjot produksi pertanian kita dan Climate Smart Agriculture (CSA) dapat menyelamatkan produksi pertanian kita,” pungkasnya. (ray/jpnn)
Kehadiran Pertanian Cerdas Iklim (CSA) diharapkan bisa menggenjot produktivitas dalam menghadapi perubahan iklim menuju pertanian yang ramah lingkungan.
Redaktur & Reporter : Budianto Hutahaean
- Ibas Ajak ASEAN Bersatu untuk Menghadapi Tantangan Besar Masa Depan Dunia
- Kementan Kukuhkan Young Ambassador Agriculture 2025 & Duta Brigade Pangan Inspiratif
- Mentan Amran Sebut Produksi Beras Melonjak, Ini Angka Tertinggi
- Telkom Libatkan Komunitas Lokal, UMK, & Masyarakat untuk Perubahan Bumi
- Buku 'Siapa Bayar Apa Untuk Transisi Hijau?, Mengulas Tantangan Pembiayaan Energi
- Wamentan Sudaryono Optimistis Indonesia Jadi Lumbung Pangan Dunia