Bung Karno: Zonder Mengerti Urusan Wanita, Tak Akan Bisa Menyusun Negara

Bung Karno: Zonder Mengerti Urusan Wanita, Tak Akan Bisa Menyusun Negara
Buku Sarinah. Foto: Wenri Wanhar/JPNN.com.

Mbok Sarinah

Saja menamakan kitab ini Sarinah sebagai tanda terima kasih saja kepada pengasoeh saja ketika saja misih kanak-kanak. Pengasoeh saja itu bernama Sarinah. Ia saja poenja mbok. Ia membantoe iboe saja, dan dari dia saja menerima banjak rasa tjinta dan rasa kasih. Dari dia saja banjak mendapat banjak peladjaran mentjintai orang ketjil. Dia sendiri poen orang ketjil. Tetapi boedinja selaloe besar!

Begitu ditulis langsung oleh Bung Karno dalam pengantar buku Sarinah pada 3 November 1947. 

Menurut Si Bung, setelah membaca buku ini, orang-orang yang tidak mengerti kenapa dirinya membuka kursus wanita akan mengerti, tujuan kursus tersebut.

Alasan utamanya, "sebab kita tidak dapat menyusun negara, dan tidak dapat menyusun masyarakat, zonder mengerti soal wanita. Itulah sebabnya saya, setiba saya di Yogyakarta, segera mengadakan kursus-kursus wanita itu," ungkapnya. (wow/jpnn)


AKIBAT perang, sejak 4 Januari 1946 ibukota Republik Indonesia pindah dari Jakarta ke Yogyakarta.  "Sesudah saya berpindah kediaman dari


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News