Cara Diena Haryana Melawan Bullying di Sekolah

Dirikan Komunitas Anak-Anak Korban dan Pelaku

Cara Diena Haryana Melawan Bullying di Sekolah
Diena Haryana memberikan pelatihan kepada para peserta training anti-bullying di Yayasan Sejiwa pekan lalu. Foto: Miftahulhayat/Jawa Pos/JPNN

Ibu seorang putri itu juga kerap mengampanyekan gerakannya di media massa. Dari situ, alumnus Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Negeri Jakarta (UNJ) tersebut mulai menguak sejumlah fakta terkait dengan bullying yang mengejutkan.

Menurut Diena, dari berbagai studi yang dilakukan di banyak sekolah, bullying ternyata sudah marak di level pendidikan paling dasar. Tidak sedikit anak SD yang menjadi korban pada usia dini.

"Signifikan banget yang kami temukan. Banyak anak jadi korban bullying karena perlakuan kasar kakak kelas atau guru-guru yang kerap verbal bullying atau tindakan pendisiplinan dengan kekerasan," katanya.

Dampak verbal maupun physical bullying, kata Diena, cukup besar dan akan berpengaruh dalam waktu yang cukup lama. Dia menuturkan, dari berbagai kasus yang pernah ditanganinya, dua jenis bullying tersebut memiliki dampak yang sangat buruk bagi korban. Dia mencontohkan, seorang siswa SMA di Jakarta memutuskan berhenti sekolah karena tidak tahan di-bully.

"Dia sering dikata-katai dengan kasar, bahkan dipukuli. Akhirnya, dia nggak berani ke sekolah sampai sekarang,’’ ungkap perempuan kelahiran Madiun, 9 Februari 1959, itu.

Selain verbal dan physical bullying, kata Diena, cyberbullying mulai marak di kalangan anak-anak sekolah. Dampaknya tidak kalah mengerikan daripada verbal bullying atau physical bullying. Dia mencontohkan, yayasannya pernah menangani korban cyberbullying yang harus masuk rumah sakit karena depresi. Si pelajar perempuan itu tidak tahan menghadapi cyberbullying yang ditujukan kepadanya melalui situs jejaring sosial Facebook.

Dia anak kelas dua SMA. Punya pacar ganteng dan populer. Karena itu, banyak yang iri dan comment di Facebook.

"Ada yang bilang, ’Kamu itu enggak segitu-gitunya, enggak layak punya pacar seganteng itu. Nggak usah belagu.’ Karena itu berlangsung terus-menerus, anak tersebut depresi sampai masuk rumah sakit," ungkapnya.

KASUS bullying atau intimidasi masih menjadi fenomena gunung es di dunia pendidikan. Tidak sedikit yang berujung kematian. Itulah yang meresahkan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News