Cerita dari Kamp Pengungsi Korban ISIS: Kapan Kami Pulang dan Bersekolah?
"Selama kelas, anak-anak tetap mengajukan pertanyaan yang sama, 'kapan kami pulang ke rumah dan belajar di sekolah kami sebelumnya?" ujar Mustafa.
Para orang tua juga khawatir soal psikologis yang memburuk dari anak-anak mereka. Dari hari ke hari, mereka menumpuk impian untuk segera mengakhiri kehidupan yang sengsara di kamp, dan kembali ke kampung halaman mereka untuk menjalani kehidupan normal.
"Meskipun anak-anak saya sudah mengalami serangan ISIS, mereka masih memimpikan hari untuk kembali ke rumah, hidup dalam damai," ujar seorang orangtua di kamp tersebut, Hussein Murad.
Dia menunjukkan bahwa satu-satunya pengobatan untuk kondisi mental ini adalah mereka kembali ke kehidupan normal mereka di rumah. "Kami ingin kembali di mana kami lahir, namun jauh dari kehidupan perang dan pengungsian," katanya.
Pengungsi dari daerah Yezidi ini terpaksa meninggalkan kampung halamannya, usai kelompok radikal ISIS dilaporkan menyerang daerah tersebut sekitar Agustus 2014. Serangan kejam itu dialami warga sipil, ratusan wanita diculik dan ditawan, serta memaksa ribuan orang melarikan diri dari rumah mereka. (adk/jpnn)
ISIS sudah menjadi momok dimana-mana. Teror dan kekejaman yang dilakukan kelompok militan tersebut juga dirasakan minoritas suku Yezidi Kurdi di
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Arab Saudi Minta Umat Islam Waspadai Iklan Haji di Medsos
- Bela Palestina, Majelis Ormas Islam Serukan Lawan Genosida di Area CFD Jakarta
- Indonesia dan Malaysia Sepakat Bentuk Satgas Bersama Percepat Integrasi Sistem
- Indonesia Terus Perjuangkan Hak Istimewa Palestina di PBB
- Tahan Bantuan untuk Israel, Joe Biden Terancam Dimakzulkan
- Datangi Kedubes Mesir, Aktivis Mahasiswa Suarakan Penderitaan Warga Rafah