Cerita di Balik Foto, Perasaan Bripka Totok Samtono Tidak Karuan

Cerita di Balik Foto, Perasaan Bripka Totok Samtono Tidak Karuan
Tim Pemakaman Satgas Penanganan Covid-19 Wonogiri menyeberangi sungai di Desa Mojopuro, Kecamatan Jatiroto, Wonogiri, Rabu (23/6). Foto: diambil dan sudah tayang di Radar Solo

jpnn.com, WONOGIRI - Tim pemakaman Satgas Penanganan Covid-19 Wonogiri harus menerjang arus sungai demi menjalankan tugas memakamkan jenazah pasien Covid-19 di Desa Mojopuro, Kecamatan Jatiroto, Rabu (23/6) lalu.

Sebanyak 12 orang mengenakan alat pelindung diri (APD) komplet, ada yang berwarna putih, ada berkelir merah.

Enam orang menggotong jenazah di dalam peti. Bambu panjang yang sudah ditali kencang dengan peti terpikul di pundak mereka. Satu orang lagi membawa alat penyemprot disinfektan tepat di belakangnya dan satu sisanya mendokumentasikan kegiatan.

Petugas yang berpakaian berwarna merah membawa sejumlah uba rampe. Ada yang membawa payung jenazah dan lainnya. Semuanya menerabas sungai dengan kedalaman nyaris selutut orang dewasa.

Arusnya memang sedang tak kencang, tetapi licin. Buktinya, belum sampai 50 meter mentas dari sungai, salah satu pembawa peti terpeleset saat melewati area perkebunan. Dengan sigap, orang itu kembali berdiri.

“Teman-teman berjalan kaki sekitar satu kilometer. Mobil ambulans tidak bisa masuk lebih jauh lagi,” kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Wonogiri Bambang Haryanto, Kamis (24/6).

Menurut dia, anggota tim pemakaman sudah terbiasa berjalan kaki membawa jenazah. Jarak satu kilometer bukanlah kendala.

Masih mending pemakaman itu dilakukan tengah hari saat sedang terang-terangnya. “Pernah juga malam-malam. Penerangan ya pakai alat seadanya,” kata dia.

Bripka Totok Samtono masih ingat betul pada Ramadan lalu saat bertugas. Perasaannya tidak karuan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News