Charlie Hebdo & Joseph Suryadi

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Charlie Hebdo & Joseph Suryadi
Ilustrasi Charlie Hebdo. Foto: Reuters

HB Jassin sebagai penanggung jawab Majalah Sastra dipaksa untuk mengungkap jati diri Ki Pandji Kusmin. Jassin menolak dan akhirnya divonis satu tahun penjara.

Arswendo Atmowiloto memimpin majalah Monitor membuat survei mengenai tokoh-tokoh yang paling populer dan dikagumi pada 1990. Survei slengekan ini membawa petaka karena Nabi Muhammad hanya berada di urutan ke-11 di bawah Arswendo yang berada di nomor sepuluh.

Presiden Soeharto menjadi sosok yang paling dikagumi oleh orang Indonesia sehingga duduk di posisi puncak. Arswendo akhirnya divonis lima tahun penjara dan majalahnya dibreidel.

Di era reformasi, kasus penistaan bermunculan dengan berbagai motif. Ada yang bermotif politik seperti kasus Ahok, ada juga masalah umum seperti kasus komplain terhadap kebisingan pengeras suara di masjid.

Masih banyak kasus pelecehan agama yang menjadi tanggungan polisi. Joseph Paul Chang yang mengaku sebagai nabi ke-26 sampai sekarang masih buron. Muhammad Kace masih menunggu proses. Sekarang muncul kasus Joseph Suryadi.

Aparat hukum harus cepat bertindak supaya insiden ala Charlie Hebdo, atau insiden kekerasan lainnya tidak terjadi lagi. (*)

Joseph Suryadi menggambarkan seorang laki-laki memakai jubah, menggandeng seorang perempuan membawa boneka.


Redaktur : Adek
Reporter : Cak Abror

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News