China Hardware, India Software, RI No-ware

China Hardware, India Software, RI No-ware
China Hardware, India Software, RI No-ware
JAKARTA -- Sejumlah indikator ekonomi makro belum cukup sebagai pegangan optimisme di tahun depan. Pengamat ekonomi Hendry Saparani mengakui, indikator-indikator finansial pada tahun ini memang masih terjaga dengan baik, seperti tingkat pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, ataupun nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Hanya saja, data kondisi ekonomi sektor riil menunjukkan hal yang sebaliknya.

"Jadi, seolah-olah prospektif, tapi kalau dilihat sektor per sektor, buruk. Misalnya sektor manufaktur, pertumbuhannya malah minus 1,3 persen. Pertumbuhan perdagangan juga minus. Jadi, indikator makro belum cukup. Sektor riil masih lemah," ujar Hendry Saparini dalam sebuah diskusi bertema 'Prospek Ekonomi 2010' di Warung Daun, Jakarta, Sabtu (5/12).

Tingkat inflasi yang rendah, lanjutnya, bisa jadi malah menunjukkan adanya daya beli masyarakat menurun. Dia khawatir, jika tidak secepatnya ada terobosan-terobosan di sektor riil, maka kondisi 2010 semakin memburuk. Dia membandingkan dengan China dan India. Kedua negara itu sektor manufakturnya cukup kuat. Sementara, Indonesia sama sekali tidak punya daya kompetitif di sektor itu.

"Kalau China didorong industri hardware, India didorong sektor software, sedang Indonesia, no ware," ujarnya disambut tawa peserta diskusi. Sama dengan pengamat ekonomi Ryan Kiryanto, Hendry juga berpendapat, penyelesaian skandal dana talangan Rp6,7 triliun ke Bank Century harus tuntas guna membangun kepercayaan investor mengenai kepastian hukum di tanah air.

JAKARTA -- Sejumlah indikator ekonomi makro belum cukup sebagai pegangan optimisme di tahun depan. Pengamat ekonomi Hendry Saparani mengakui, indikator-indikator

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News