CIA Kibarkan Bendera Setengah Tiang
Agen Korban Bom Taliban Dianugerahi Gelar Kehormatan
Sabtu, 02 Januari 2010 – 00:31 WIB
Serangan bom bunuh diri yang menewaskan delapan orang --tujuh agen CIA dan yang satunya si penyerang-- itu diakui sebagai aksi paling mematikan. Meski sejak invasi 2001 lalu, tercatat sudah 500 personel militer AS dan pasukan koalisi yang mati, serangan maut menarget CIA itu tetap yang paling mengerikan. Selain itu, aksi bom bunuh diri yang dilancarkan seorang mujahidin bernama Samiullah tersebut sekaligus menjadi bukti kedigdayaan Taliban.
"Serangan bagi CIA tidak akan pernah terlupakan bagi kami yang ada di markas Langley, Virginia. Dampaknya akan sangat besar, bukan hanya dari segi kemampuan tapi juga hubungan dengan sesama," urai Jack Rice, mantan pimpinan CIA yang kini bertugas di Afghanistan tersebut. Menurut Thomas M. Sanderson dari Center for Strategic and International Studies, serangan Taliban itu akan mempengaruhi kinerja militer di lapangan.
Hingga kemarin, Departemen Pertahanan Afghanistan masih membantah laporan yang menyebut si pelaku bom bunuh diri berseragam militer. Jubir Departemen Penerangan Zhir Azimi membantah berita tersebut. Dia menegaskan bahwa tidak seorang serdadu Afghanistan pun yang berada di pangkalan AS untuk misi selain perang tersebut. Konon, di pangkalan itulah CIA mengoordinasikan strategi menghadapi Taliban dalam operasi yang dikenal sebagai CIA black ops. (hep/ami)
WASHINGTON - CIA akhirnya mengakui bahwa tujuh korban tewas dalam serangan bom bunuh diri Taliban di Forward Operating Base Chapman Rabu (30/12)
Redaktur & Reporter : Antoni
BERITA TERKAIT
- Alhamdulillah, Israel dan AS Pastikan 160 Ribu Bahan Bakar Telah Terkirim ke Gaza
- Soal IUU Fishing, RI Tidak Perlu Berkompromi dengan Vietnam
- Jemaah Islamiyah Kembali Berulah, Dua Polisi Malaysia Tewas di Markas
- Tahan Bantuan untuk Israel, Joe Biden 'Dihajar' DPR Amerika
- Stafsus Kementerian Investasi Pradana Soroti Ketidakadilan Kerja Sama Antarnegara
- Indonesia Mengutuk Keras Aksi Biadab Warga Sipil Israel di Perbatasan Gaza