Cicit Perdana Menteri Pertama Australia Setuju Patung Kakek Moyangnya Diturunkan
'Sangat Rasis'
Anne mengatakan sedang mencari buku-buku tentang kakek moyangnya, yang menurutnya merupakan sosok yang 'tak sepatutnya tersembunyi'.
Menurutnya, keputusan untuk menurunkan patung atau memindahkannya tidak berada di tangannya. Namun, tindakan ini tidak akan mengubah kontribusi yang telah dilakukan kakeknya moyangnya bagi Australia.
"Mungkin memang sudah waktunya patung itu dipindahkan ke tempat lain. Saya sangat terbuka untuk itu," kata dia.
Anne mengatakan ia sepenuhnya menghormati mantan Perdana Menteri Sir Edmund Barton, namun tidak mau berpura-pura tak tahu tentang kenyataan bahwa kakek moyangnya terlibat dalam proyek 'yang membunuh dan menghancurkan kehidupan banyak orang'.
"Ia adalah salah satu dari banyak orang yang berusaha melakukan segalanya untuk menegakkan gagasan bahwa Australia adalah negara berdaulat dan tidak ada siapa pun di sini sebelum kedatangan orang kulit putih. Gagasan Terra Nullius," kata dia.
Photo: Edmund Barton merupakan satu dari tiga hakim Mahkamah Agung Australia (High Court) saat lembaga tersebut didirikan. (Supplied: Anne Barton)
"Tapi, menurut saya, persepsi kita lebih baik sekarang. Kita sangat sadar bahwa tanah ini bukanlah kepunyaan kita," katanya lagi.
"Ia merupakan orang yang hidup di zamannya, dan dia sangat rasis," ujar Anne mengenai kakek moyangnya.
Anne Barton, cicit dari Perdana Menteri pertama Australia, Sir Edmund Barton, mendukung gerakan untuk menurunkan patung kakek moyangnya yang didirikan di atas area pemakaman warga Aborigin
- Dunia Hari Ini: Perintah Penangkapan PM Israel dan Pemimpin Hamas
- Dunia Hari Ini: Presiden Iran Tewas dalam Kecelakaan Helikopter
- Di Balik Gagasan Penerbit Indie yang Semakin Berkembang di Indonesia
- Dunia Hari Ini: 26 Tahun Hilang, Pria Aljazair Ini Ditemukan di Ruang Bawah Tanah Tetangga
- Dunia Hari Ini: PM Slovakia Ditembak Sebagai Upaya Pembunuhan Bermuatan Politik
- Ramai-Ramai Tolak RUU Penyiaran: Makin Dilarang, Makin Berkarya