Citibank dan Praktik Premanisme Eksklusif

Oleh : Rhenald Kasali

Citibank dan Praktik Premanisme Eksklusif
Citibank dan Praktik Premanisme Eksklusif
Di mana Citibank? Jangan-jangan hanya orang Citibank yang tahu. Di kalangan aktivis sosial dan pendidik, sumbangan Citibank tidak signifikan.

Dalam bidang jasa, apalagi jasa kepercayaan, mustahil strong brand dipertahankan hanya dengan teknologi dan servis. Keterlibatan karyawan dan perusahaan dalam perbuatan sosial signifikan impaknya keluar dan ke dalam, mereduksi arogansi.

Alih-alih giving back to society, perusahaan yang arogan malah merusaknya. Kebesaran sebuah bank berpotensi membentuk arogansi. Dan arogansi dapat memudarkan posisi strong brand. Itu tampak dalam upaya bank meng-handle krisis. Jauh sebelum kejadian meledak, setiap krisis mengirim signal-awal.

Kala arogansi membelenggu, strong brand mengabaikan signal-signal kecil itu sehingga kesaktiannya memudar. Ambil saja contoh betapa seringnya nasabah kartu kredit mengeluh tentang perilaku debt collector etnik tertentu yang mengancam hidup mereka melalui surat-surat pembaca. Dan Anda lihat sendiri, Bank Indonesia (BI) maupun strong brand terkait mengabaikan itu. Sampai terjadilah ledakan itu.

DUA peristiwa besar memorak-porandakan Citibank. Nasabah kartu kreditnya tewas di tangan debt collector dan seorang karyawannya diduga ’’menilap’’

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News