Conference on Indonesian Foreign Policy Undang Para Capres Sampaikan Kebijakan Luar Negeri Indonesia

Conference on Indonesian Foreign Policy Undang Para Capres Sampaikan Kebijakan Luar Negeri Indonesia
Conference on Indonesian Foreign Policy 2023 akan diselenggarakan pada Sabtu 2 Desember 2023. Foto: dok FPCI

jpnn.com, JAKARTA - Conference on Indonesian Foreign Policy (CIFP) merupakan konferensi tahunan Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI), yang telah mendapatkan penghargaan sebagai konferensi kebijakan luar negeri terbesar di dunia pada 2016, oleh Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI).

Pada konferensi sebelumnya, jumlah peserta melebihi 11.000 orang pada 2019 (sebelum pandemi COVID-19).

Kegiatan ini merupakan satu-satunya konferensi kebijakan luar negeri nasional di Indonesia yang mempertemukan pemangku kebijakan, menteri, tokoh publik, diplomat, selebritas, jurnalis, pakar, mahasiswa, dan toko-tokoh terkemuka di berbagai sektor.

Tema CIFP tahun ini adalah “From Non-Alignment to Creative Alignments”. Tema ini mencerminkan pentingnya merespon realita baru dimana politik luar negeri bebas aktif Indonesia di abad ke-21 perlu secara kreatif merintis, membangun dan memelihara berbagai alignments (bukan aliansi) dengan negara-negara dari timur, barat, utara, dan selatan baik untuk kepentingan nasional Indonesia, kawasan, dan global.

Tahun ini, FPCI menyelenggarakan CIFP dengan mengangkat salah satu tema menarik yaitu ‘Foreign Policy Challenge for the Next Indonesian President’.

FPCI mengundang tiga calon presiden periode 2024-2029 untuk menyampaikan gagasan mereka terhadap kebijakan luar negeri Indonesia.

“Hanya ada satu konferensi nasional mengenai politik luar negeri di Indonesia, yaitu Conference on Indonesian Foreign Policy. CIFP adalah konferensi politik luar negeri terbesar di dunia dan ini semua adalah inisiatif dan hasil kerja keras para pemuda Indonesia dan mahasiswa Indonesia. CIFP adalah forum yang memberikan ruang bersama bagi pemimpin, menteri, diplomat, duta besar, pengusaha, selebriti, mahasiswa, pakar, peneliti, dan wartawan. Ini merupakan sebuah festival diplomasi akbar yang penuh dengan sesi-sesi berbobot dan penuh dengan peluang untuk melakukan networking," ujar Dino Patti Djalal, Pendiri dan Ketua Foreign Policy Community of Indonesia.

Lebih lanjut lagi, Dino Patti Djalal mengatakan penyelenggaraan CIFP 2023 ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya.

“Kita memasuki akhir 2023, yang mana tahun depan merupakan tahun politik, kita semua ingin mengetahui siapa calon presiden kita, apa visi misi mereka mengenai Indonesia Foreign Policy, dan langkah konkret apa yang akan mereka lakukan untuk mengatasi permasalahan di masyarakat seperti, perubahan iklim, masalah ekonomi global, kesejahteraan, peace building, dan lain sebagainya," sambung Dino. 

FPCI mengundang tiga calon presiden periode 2024-2029 untuk menyampaikan gagasan mereka terhadap kebijakan luar negeri Indonesia dalam acara CIFP 2023.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News