Dalam Setahun Warga Australia Tertipu Rp 500 M
ATO adalah kependekan dari Australian Tax Office, Kantor Pajak Australia.
Bentuk penipuan yang banyak memakan korban adalah warga menerima panggilan telepon dari suara seperti robot, yang meminta dengan nada mengancam agar mereka menelpon kembali.
"Bila kami tidak menerima telepon Anda, maka akan dikeluarkan perintah penahanan dan Anda akan ditahan," begitu kira-kira bunyi pesan tersebut.
Jenis telepon lain adalah telepon seolah-olah dari petugas ATO yang memberitahu korbanya bahwa mereka berhutang pajak yang besar.
Ketika menelpon, penipu mengatakan perintah penahanan sudah dikeluarkan, dan akan dibatalkan bila korban membeli voucher Apple iTunes seharga ribuan dolar, dan kemudian memberikan kode kepada penipu untuk bisa mencairkan uangnya.
Nomor telepon yang digunakan seolah-olah berasal dari dalam Australia padahal sebenarnya dilakukan dari luar negeri.
"Di tahun 2018, ATO menerima 114.625 laporan mengenai orang yang mengaku dari ATO, dengan kerugian mencapai $AUD 2,8 juta (sekitar Rp 28 miliar)," demikian laporan ATO.
Namun penipuan model ATO ini semakin canggih tahun lalu, dengan korban diminta membayar lewat kartu Google Pay dan juga mata uang Bitcoin.
- Di Balik Gagasan Penerbit Indie yang Semakin Berkembang di Indonesia
- Dunia Hari Ini: 26 Tahun Hilang, Pria Aljazair Ini Ditemukan di Ruang Bawah Tanah Tetangga
- Dunia Hari Ini: PM Slovakia Ditembak Sebagai Upaya Pembunuhan Bermuatan Politik
- Ramai-Ramai Tolak RUU Penyiaran: Makin Dilarang, Makin Berkarya
- Dunia Hari Ini: Aktivis Thailand Meninggal Setelah Mogok Makan di Penjara
- Tanggapan Mahasiswa Asing Soal Rencana Australia Membatasi Jumlah Mereka