Dampak Mekanisasi Pertanian Bisa Dirasakan 5 Tahun ke Depan

Dampak Mekanisasi Pertanian Bisa Dirasakan 5 Tahun ke Depan
Menanam benih di sawah dengan menggunakan alsintan. ILUSTRASI. Foto: Humas Kementan

“Modernisasi pertanian melalui mekanisasi merupakan solusi efisien menggantikan pola usaha tani manual. Mekanisasi juga sebagai solusi mengatasi berkurangnya tenaga kerja pertanian karena bermigrasi ke sektor industri dan jasa,” tambah Dadih.

Dadih menambahkan, mekanisasi pertanian juga dapat menghemat biaya produksi hingga 30 persen dan menurunkan susut panen sepuluh persen.

Selain itu, mekanisasi menghemat biaya olah tanah, biaya tanam dan panen dari pola manual Rp 7,3 juta per hektare menjadi Rp 5,1 juta per hektare.

“Pada umumnya mengolah tanah secara manual memerlukan 20 orang hari kerja per hektare dan biaya Rp 2,5 juta per hektare. Jika menggunakan traktor, satu orang mampu menyelesaikan tiga hektare per hari dengan biaya Rp 1,8 juta per hektare,” tuturnya.

Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ditjen PSP Kementan Andi Alam Syah memaparkan, mekanisasi menggunakan rice transplanter menghemat tenaga dari pola manual 19 orang per hektare menjadi tujuh orang per hektare.

Biaya tanam menurun dari Rp 1,72 juta per hektare menjadi Rp 1,1 juta per hektare.

"Ada juga menyiang rumput (power weeder) menghemat tenaga kerja dari pola manual 15 orang per hektare menjadi dua orang per hektare. Biaya menyiang turun dari Rp 1,2 juta per hektare menjadi Rp 510 ribu per hektare," sebutnya.

Sementara itu, combine harvester bisa menghemat tenaga kerja dari pola manual 40 orang per hektare menjadi tujuh orang per hektare.

Kesejahteraan petani terus menjadi perhatian besar dari Kementerian Pertanian (Kementan).

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News