DARDERDOR...! Kisah Tiga Butir Peluru di Palagan Ambarawa

DARDERDOR...! Kisah Tiga Butir Peluru di Palagan Ambarawa
Saat Soedirman dilantik menjadi pimpinan Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Foto: Istimewa.

Rebutan Air

Selasa Legi, 20 November 1945. Jam 1 siang, sebuah jeep berhenti di depan Gereja Jago. Enam orang tentara Gurka masuk ke camp interniran. Gurka adalah tentara bayaran Inggris (Sekutu) yang sangat disegani di perang dunia kedua. Berasal dari Nepal dan India.  

Sesaat kemudian, mereka keluar diiringi dua orang sinyo Belanda berusia sekira 12 tahun. Berjalan kaki ke arah timur camp, lalu belok ke utara menyusuri jalan di tepi sungai kecil. Mereka berhenti di ujung camp.

Rupanya, mencuplik kesaksian Sarmudji, semenjak datang, gerak-gerik Gurka ini dipantau dan dibuntuti oleh TKR Ambarawa pimpinan Letda Sariaman.

Sariaman ini cukup diandalkan dalam hal kemiliteran. Di zaman Belanda ia ikut KNIL, di zaman Jepang ikut Heiho. Zaman revolusi, masuk TKR. "Namun Sariaman ini memiliki watak jengkelan, dan tidak sabaran," terang Sarmudji.

Jadi, waktu jeep Gurka datang tadi, Sariaman langsung mengisi karaben laras pendeknya dan pergi mengintai. Nguping. Mereka mendengar percakapan sinyo dengan tentara Gurka. 

"Sinyo ini menjelaskan kepada Gurka tentang aliran sungai menuju camp yang saat itu tidak mengalir," ungkap Sarmudji. 

Air sungai itu tidak mengalir karena petani di belakang komplek tersebut sedang mengairi sawahnya. Untuk sementara waktu, simpangan air ke camp interniran disumbat. Dan bila selesai, sorenya baru dibuka lagi. 

SATU di antara beberapa pertempuran legendaris dalam panggung sejarah perang kemerdekaan Indonesia adalah Palagan Ambarawa, 12-15 Desember

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News