Dari Jazirah Arab sampai Ujung Eropa, Erdogan Punya Musuh di Mana-Mana

Dari Jazirah Arab sampai Ujung Eropa, Erdogan Punya Musuh di Mana-Mana
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Foto: AFP

Sampai waktu itu keterliban Turki masih terbatas pada dukungan politik dan media. Pun ketika Rusia melancarkan intervensi ke Suriah pada September 2015 guna membantu rezim Bashar al Assad yang juga ingin Erdogan gulingkan.

Tetapi begitu AS mendukung milisi Kurdi Suriah, Unit Perlindungan Rakyat (YPG), dalam melawan ISIS, Turki tersentak. Bukan karena mendukung ISIS tetapi karena Turki menganggap YPG cabang Partai Pekerja Kurdistan (PKK) di Suriah dan PKK selama 40 tahun memberontak terhadap Turki. Turki tak ingin YPG memperunyam ancaman separatisme Kurdi.

Begitu ISIS ambruk dan YPG menjadi kekuatan dominan di bagian utara Suriah, Turki mengerahkan kontingen militernya ke sana.

Sebelum masuk Suriah, Erdogan yang tak menyukai Assad melunakkan sikap kepada presiden Suriah yang syiah ini demi mendapatkan dukungan Rusia yang menjadi patron Assad.

YPG pun digempur. AS dan Barat tak berdaya membela Kurdi karena alasan posisi strategis Turki dalam kerangka NATO dan alasan integritas nasional telah membuat Barat tak bisa terang-terangan menyanggah Turki, kecuali Prancis.

Perubahan sikap Erdogan untuk tak mengecualikan intervensi ke negara lain ini juga dipicu oleh kudeta gagal 2016 yang membuat Erdogan merasa ditikam sekutu-sekutu dan tetangga-tetangganya di Arab, terutama UEA yang dituduhnya merancang kudeta itu.

Perasaan terkepung ini dia sampaikan dalam sidang kabinet awal Oktober lalu bahwa "Turki sedang dikepung dari Kaukasus sampai Balkan, dari Laut Hitam sampai Mediterania dan kawasan-kawasan terdekat. Tapi sepanjang Turki kuat, tak satu pun skenario-skenario pengepungan itu terwujud."

Agresivitas Erdogan itu sendiri diperbesar oleh ketiadaan AS di Timur Tengah yang menciptakan kevakuman di kawasan ini. Dorongan lainnya untuk agresif sudah tentu karena ketergantungan kepada energi.

Beberapa tahun terakhir Erdogan melancarkan kebijakan luar negeri agresif yang membuatnya punya musuh baru di mana-mana

Sumber Antara

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News