Dari Malari hingga Malapetaka Morowali

Oleh Dhimam Abror Djuraid

Dari Malari hingga Malapetaka Morowali
Ilustrasi/foto: dokumentasi JPNN.com

Soemitro sering mengadakan pertemuan dengan menteri-menteri di kantornya. Hal itu dianggap sebagai upaya membangun pengaruh untuk menyingkirkan Soeharto.

Ali Moertopo adalah jenderal yang berada di lingkaran paling dekat Soeharto dan dan menjadi penasihat utamanya. Ali Moertopo merasa gerah oleh manuver Soemitro yang makin terbuka.

Soemitro mendatangi kampus-kampus dan mendorong mahasiswa lebih kritis terhadap pemerintah. Langkah itu  mendapat tentangan keras dari Ali Moertopo yang melaporkannya kepada Soeharto.

Pada awal 1974, Perdana Menteri Jepang Kakuei Tanaka berencana berkunjung ke Indonesia. Kesempatan itu dipakai oleh mahasiswa untuk melakukan unjuk rasa besar-besaran.

Demonstrasi itu berawal dari apel ribuan mahasiswa dan pelajar yang berlangsung dari kampus UI di Jalan Salemba. Massa pedemo kemudian bergerak menuju kampus Universitas Trisakti di Grogol pada tengah hari 15 Januari 1974.

Para mahasiswa memaklumatkan Apel Tritura 1974. Mereka meminta pemerintah menurunkan harga, membubarkan asisten presiden, dan menggantung koruptor.

Para mahasiswa membakar patung Kakuei Tanaka. Selanjutnya bergerak ke Istana Kepresidenan tempat pertemuan antara Presiden Soeharto dan PM Kakuei Tanaka.

Peluru ditembakkan ke arah demonstran yang mulai melakukan kekerasan dengan menyerang mobil buatan Jepang. Mahasiswa membantah telah melakukan kekerasan.

Kerusuhan Morowali yang melibatkan TKA China dan pribumi mengingatkan akan Malari. Ada unsur kemiripan antara Malari dengan kerusuhan Morowali.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News