Dari rahim siapa Angkatan Laut Indonesia lahir?

Dari rahim siapa Angkatan Laut Indonesia lahir?
Berita tentang sekolah pelayaran zaman Jepang di majalah Djawa Baroe. Foto: Wenri Wanhar/JPNN

Semasa ini, barulah anak-anak negeri jajahan mendapat kepercayaan menduduki jabatan pimpinan.

Itu pun melalui saringan yang teramat ketat. Mengingat sebelumnya, pada 1933 meletus pemberontakan para pelaut di kapal penjelajah Belanda H.M.S. Zeven Provincien.

Pemberontakan Kapal Tujuh—begitu istilah populernya—terjadi karena kebijakan pemotongan gaji sebesar 17 persen untuk para pelaut rendahan anak-anak negeri jajahan.

Arsip Sedjarah ALRI menulis, “maksud mereka mengadakan pemberontakan supaja dapat diikuti oleh anggauta2 militer di K.N.I.L. Tetapi perhitungan itu gagal dan hanja terdjadi di kapal tersebut. Achirnja karena persiapan kurang sempurna, terpaksa Zeven Provincien menjerah dengan membawa korban 24 orang. Orang2 jang tersangkut dalam peristiwa ini oleh Belanda ditjap merah dan dianggap oleh masjarakat kolonial sebagai orang2 jang berbahaja, sehingga sukar mereka mendapat pekerdjaan sebagai pegawai negeri.”

Di tengah kecamuk Perang Dunia II, balatentara Jepang menyeruduk Pemerintahan Kolonialisme Hindia Belanda. Tanpa perlawanan berarti, Belanda menyerah. Bertekuk lutut, di Kalijati, Jawa Barat, pada 8 Maret 1942,

Gegara berhasil melepaskan Indonesia dari kolonialisme Belanda yang telah membelenggu ratusan tahun, dan datang dengan propaganda Asia untuk Asia, rakyat Indonesia menyambut Dai Nippon dengan gembira. Masa ini dikenal sebagai zaman Jepang.

Dan semasa pendudukan Pemerintah Fasisme Jepang (1942-1945), “saudara tua” juga mendirikan sejumlah lembaga pendidikan kelautan.

Yakni, Sekolah Pelayaran Bagian Tinggi (Kooto zeh Inyu Yoseiso) di Jakarta, Tegal, Semarang dan Cilacap. Sekolah ini dikenal dengan sebutan SPT, singkatan dari Sekolah Pelayaran Tinggi.

Ada juga Sekolah Pelayaran Rendah di Jakarta, Semarang dan Pasuruan. Sekolah Perikanan di Jakarta. Sekolah Bangunan-Bangunan Kapal (Zosen Gakko) di Jakarta dan Surabaya.

Benarkah Angkatan Laut Republik Indonesia warisan kolonialisme Belanda dan fasisme Jepang?

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News