Data Intelijen SBY Resahkan Pasar

Data Intelijen SBY Resahkan Pasar
Data Intelijen SBY Resahkan Pasar
JAKARTA -- Anggota Komisi XI DPR, Dradjat Wibowo menilai laporan intelijen kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) terkait peledakan bom bunuh diri di hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton kawasan Mega Kuningan Jakarta Selatan, Jumat (17/7) pagi, telah memberikan rasa tidak nyaman bagi pelaku pasar saham.

Hal itu terjadi, kata Dradjat Wibowo, disebabkan dua hal. Pertama laporan para intelijen kepada presiden itu sama sekali tidak proporsional dan sangat diragukan akurasinya, terutama menghubung-hubungkannya dengan pemilu legislatif dari pilpres. "Terlalu prematur menghubung-hubungkan peledakan bom bunuh diri di hotel JW Marriott dan Ritz Carlton dengan pemilu legislatif dan pilpres," tegas Dradjat di sela-sela diskusi terbatas dan ringkas bersama beberapa pelaku saham di Jakarta, Minggu (19/7).

Menurut Dradjat, yang juga pengamat ekonomi itu, kejadian ini hendaknya jadi pembelajaran bagi seluruh aparat keamanan, agar ke depan tidak lagi memberikan laporan intelijen yang berlebihan dan dramatis agar pelaku pasar tidak gelisah. "Saya melihat, relatif stabilnya pergerakan rupiah dan indikator ekonomi lain setelah teror bom di Hotel JW Marriott dan The Ritz-Carlton, terlebih karena tingginya tingkat rasionalitas yang dipakai oleh pelaku pasar saham dan banyak manajer investasi (fund manager) yang saat ini sedang libur karena sebelumnya mengambil posisi investasi jangka panjang," jelasnya.

Sepanjang tidak ada lagi guncangan keamanan, Insya Allah rupiah dan indikator ekonomi lain stabil, imbuh Anggota Fraksi Partai Amanat Nasional itu, sembari menambahkan, sebagai wujud respons psikologis, wajar rupiah dan indikator ekonomi akan berpotensi tertekan tipis.

JAKARTA -- Anggota Komisi XI DPR, Dradjat Wibowo menilai laporan intelijen kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) terkait peledakan bom bunuh

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News