Debat Santri
Oleh: Dahlan Iskan
.jpeg)
Baru doktornya di Guangzhou. Disertasi doktornya dia tulis dalam bahasa Mandarin.
Denza jalan terus. Kang Sahidin menikmati setirnya. Belum sampai Sarang, Rembang, rapat sudah selesai. Saya tunjukkan ke Novi di mana Pondok Sarang-nya almarhum Mbah Maimoen.
"Itu, kanan jalan itu," kata saya. Saya pernah sowan Mbah Maimoen Zubair di situ.
Kami pun sepakat tidak langsung ke Lasem. Tidak jauh setelah melewati Sarang, kami belok kiri. Mampir ke pondok pesantrennya Gus Baha.
Begitu top nama Gus Baha di dunia dakwah. Saya ingin sowan.
Ternyata Gus Baha sedang ke luar kota. Tidak masalah. Kami ngobrol dengan salah satu santri seniornya. Itulah pondok untuk ilmu Al-Qur'an, utamanya untuk hafal quran.
Kami pun tiba di Lasem sudah hampir senja. Di situ ada acara 10 tahunan. Sepuluh tahun sekali: Kirab Akbar. Yakni arak-arakan dewa yang didatangkan dari berbagai kelenteng se Indonesia.
Salah satu acaranya: sarasehan budaya. Habis sarasehan, sejauh malam apa pun, kami harus pulang ke Surabaya.