Delima Lestari, Penulis Puisi Indonesia yang 20 Tahun Menetap di Belanda
Rela Tak Ada Bayaran, Andalkan Dunia Maya
Selasa, 12 Juli 2011 – 08:08 WIB
Untung, kerja kerasnya tersebut selesai. Bahkan, dia sempat mendatangi peluncuran buku Kenang Sebayang di Jakarta. "Hasil penjualan Kenang Sebayang dipakai untuk membantu beberapa sekolah di Indonesia yang dirasa perlu dibantu. Setahu saya, ada yang di Medan," kenang perempuan kelahiran 15 September ini.
Dalam waktu dekat Delima juga berencana menerbitkan buku keempat. Saat ini, lanjutnya, prosesnya sudah mendekati akhir. "Tapi, belum berani dikasih judul. Nanti saja kalau sudah jadi," ungkapnya.
Salah satu penulis puisi di Kenang Sebayang, Nur Hayati, pun memuji kinerja Delima meski dia tak pernah bertatap muka. "Dia selalu mengajak saya berkonsultasi jika ada masalah dalam puisi yang saya kirim. Biasanya, ya lewat dunia maya," jelas perempuan asal Surabaya tersebut.
Dengan memakai nama Rayung Sekar, dua karya Nur muncul di Kenang Sebayang, yakni Wanita dan Remah Roti serta Belantara Kalbu. Sebenarnya, kesempatan bertemu Delima terjadi pada peluncuran Kenang Sebayang. Sayang, hal itu gagal terlaksana karena dia berhalangan hadir.(c2/kum)
Meski puluhan tahun tinggal di Belanda, jiwa Indonesia Delima Lestari Widya Astuti de Wilde Sri tak pernah luntur. Di sana dia berhasil menerbitkan
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
BERITA TERKAIT
- Ninis Kesuma Adriani, Srikandi BUMN Inspiratif di Balik Ketahanan Pangan Nasional
- Dulu Penerjemah Bahasa, kini Jadi Pengusaha Berkat PTFI
- Mengintip Pasar Apung di KCBN Muaro Jambi, Perempuan Pelaku Utama, Mayoritas Sarjana
- Tony Wenas, Antara Misi di Freeport dan Jiwa Rock
- Hujan & Petir Tak Patahkan Semangat Polri Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Wilayah Terluar Dumai
- Tentang Nusakambangan, Pulau yang Diusulkan Ganjar Jadi Pembuangan Koruptor